LEBONG.RADARLEBONG.BACAKORAN.CO- Pertumbuhan jumlah penduduk di Kabupaten Lebong mengalami perlambatan signifikan pada semester I tahun 2025. Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Lebong, dari Januari hingga Juni 2025, jumlah penduduk hanya bertambah 646 jiwa.
Angka ini jauh di bawah prediksi sebelumnya yang memperkirakan pertambahan hingga 1.000 jiwa pada periode yang sama.
Kepala Dinas Dukcapil Lebong, Dta. Budi Setiawan, mengungkapkan penambahan jumlah penduduk semester pertama tahun ini menjadi yang terendah dalam tiga tahun terakhir. Padahal, pada 2023 dan 2024, pertumbuhan penduduk Lebong konsisten sekitar 1.000 jiwa per semester.
“Kami awalnya memproyeksikan penambahan sekitar seribu jiwa, sebagaimana tren tahun-tahun sebelumnya. Namun hasil pencatatan semester pertama ini hanya 646 jiwa. Ini tentu di bawah ekspektasi,” ujar Budi Setiawan, Selasa (19/8).
BACA JUGA:Kapan Makodim di Lebong Akan Dibangun? Dandim 0409 RL Beri Penjelasan
Ia menjelaskan, dari total penambahan tersebut, lebih dari 300 jiwa merupakan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang pindah domisili ke Kabupaten Lebong.
Para CPNS diwajibkan berdomisili di wilayah tugasnya sesuai kebijakan penempatan pegawai negeri formasi 2024 yang mulai bertugas tahun ini.
“Kalau data perpindahan domisili CPNS dikeluarkan, maka penambahan alami dari kelahiran dan migrasi masyarakat umum hanya di bawah 350 jiwa. Ini mengindikasikan adanya penurunan angka kelahiran atau migrasi keluar yang lebih besar,” tambahnya.
Tercatat hingga akhir 2024, jumlah penduduk Kabupaten Lebong mencapai 115.520 jiwa. Dengan tambahan 646 jiwa selama semester pertama 2025, total penduduk per Juni 2025 menjadi 116.169 jiwa.
Dari sebaran wilayah, Kecamatan Lebong Utara masih menjadi yang terbanyak dengan 17.893 jiwa, disusul Lebong Selatan dan Amen. Sementara Kecamatan Rimbo Pengadang tercatat sebagai wilayah dengan jumlah penduduk paling sedikit, yakni 5.157 jiwa.
“Ada beberapa faktor yang memengaruhi perlambatan pertumbuhan penduduk di Lebong. Penurunan angka kelahiran diduga menjadi penyumbang terbesar berkurangnya laju pertumbuhan,” jelas Budi.
Pihaknya bersama instansi terkait seperti Bappeda, Dinas Kesehatan, dan Dinas Sosial akan melakukan analisis lebih lanjut untuk menelusuri penyebab turunnya angka kelahiran sekaligus minimnya penduduk baru yang masuk.
“Perubahan dinamika kependudukan ini perlu diantisipasi karena akan berdampak pada perencanaan pembangunan, pelayanan publik, hingga kebutuhan infrastruktur ke depan,” tutupnya.