SAF berbasis RBDKO ini telah diproduksi dan digunakan pada uji terbang yang dilakukan pada tahun 2021 dan 2023.
Uji terbang pada tahun 2023 dilakukan dengan menggandeng maskapai penerbangan komersil Garuda Indonesia dengan rute Jakarta - Solo pulang pergi.
“Inovasi dan ujicoba Pertamina SAF yang dilakukan KPI membuktikan bahan bakar aviasi yang ramah lingkungan dan berbahan nabati bukan lagi konsep. Kami meyakini Pertamina SAF akan menjadi solusi strategis bagi industri penerbangan yang berkelanjutan di masa depan,” ungkap Taufik.
Pertamina sendiri sangat serius dalam mendukung peta jalan pengembangan bahan bakar SAF Indonesia yang dicanangkan Pemerintah. Produksi Pertamina SAF didukung penuh oleh Pertamina Group dengan membentuk ekosistem SAF yang melibatkan lintas perusahaan, yaitu PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Pertamina Patra Niaga, dan Pelita Air Services.
Wakil Direktur Utama Pertamina (Persero) Oki Muraza mengatakan, Pertamina SAF menandai langkah awal bisnis masa depan Pertamina dengan pencapaian sejumlah milestone penting.
Di antaranya menjadikan Pertamina satu-satunya produsen SAF Co-Processing di kawasan ASEAN.
Pertamina SAF juga membuktikan kalau Pertamina berhasil mengembangkan teknologi merah putih yang mampu memproses minyak jelantah hingga 2,5%–3%, melampaui kemampuan lisensor internasional.
Pertamina juga berhasil menginisiasi dan menjajaki seluruh ekosistem SAF yang telah tersertifikasi International Sustainability and Carbon Certification (ISCC) dari hulu hingga hilir.
“Produksi SAF ini tidak luput dari keberanian, prinsip, dan komitmen dari working level hingga top manajemen bahwa kita sepakat dengan terobosan-terobosan yang strategis, sesuai dengan perkembangan pasar, bisnis yang profitable, dan berkelanjutan,” ujar Oki Muraza.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga (PPN) Mars Ega Legowo Putra mengungkapkan, produksi SAF Pertamina juga akan melibatkan kontribusi masyarakat yang sangat besar.
Menurutnya, dalam mengumpulkan Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah, Pertamina Patra Niaga akan menguatkan kolaborasi dengan masyarakat, melalui sejumlah titik pengumpulan UCO yang tersebar di sejumlah SPBU di Jakarta.
“Kami menerapkan People Profit Planet dalam proses produksi SAF, dengan mengumpulkan UCO dari masyarakat sehingga menjadi produk yang luar biasa,” ujar Mars Ega.
Perusahaan lain yang masuk dalam ekosistem Pertamina SAF lainnya adalah Pelita Air Service yang merupakan maskapai penerbangan milik Pertamina. Maskapai inilah yang akan membawa Pertamina SAF terbang mengangkasa ke sejumlah rute penerbangannya. Direktur Utama Pelita Air Service, Dendy Kurniawan menyatakan siap untuk memanfaatkan Pertamina SAF sebagai bahan bakar penerbangan di maskapai Pelita Air.
“Penggunaan Pertamina SAF dalam dunia aviasi merupakan terobosan baru dan kami Pelita Air Services bangga menjadi yang pertama menguji coba bahan bakar ramah lingkungan ini, demi keberlanjutan energi hijau di Indonesia,” tutur Dendy Kurniawan.
Sementara itu, Komisaris Independen KPI, Prabunindya Revta Revolusi menyatakan bangga dengan produksi Pertamina SAF. Menurutnya, ini adalah buah pencapaian ekosistem SAF di Pertamina yang berkontribusi dalam penurunan emisi dan menghijaukan Indonesia.
Selain itu, lanjut Prabu, inovasi ini akan mengangkat martabat Indonesia di mata dunia. Sebab kini hanya Indonesia yang memiliki avtur dengan kandungan SAF tertinggi di dunia, yakni 2,5%.