Nabi Ibrahim: Arsitek Keluarga Langit, Pemimpin Sepanjang Masa

Kamis 12 Jun 2025 - 22:27 WIB

اِذْ قَالَ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِيْ عَنْكَ شَيْـًٔ

“Wahai ayahku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun?”  (QS. Maryam: 42).

قَالَهَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ تَدْعُونَ

أَوْ يَنْفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّونَ

“Apakah berhala-berhala itu dapat mendengar doamu, atau memberi manfaat, atau menimpakan mudarat?” (QS. Asy-Syu‘ara: 72–73)

Dengan gaya santun tapi tegas, Ibrahim menunjukkan bahwa kekuatan dakwah bukan pada volume suara, tapi kekuatan argumen dan kejernihan akal.

Melahirkan Generasi Surga

Di era di mana banyak keluarga retak karena hal sepele, Ibrahim mengajarkan kepada dunia bahwa kepala keluarga bukan sekadar pencari nafkah, tapi juga imam, pendidik utama, dan pelindung akidah.

Ibrahim mendidik Ismail, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan contoh hidup. Sehingga ketika saat pengorbanan itu tiba, Ismail tidak lari — tapi bersiap, karena ia telah tumbuh dalam atmosfer tauhid dan kepatuhan.

Sebagai suami, ia tak mendikte Hajar atau Sarah, tetapi membimbing mereka dalam cinta yang berakar pada iman. Maka ketika perintah Allah datang untuk meninggalkan Hajar dan bayi mungilnya di lembah tandus, tidak ada protes, hanya iman yang berkata: “Jika ini dari Allah, maka Dia tidak akan menyia-nyiakan kami.”

Jejak Ibrahim di Zaman Kita

Dunia hari ini dipenuhi oleh krisis keteladanan: ayah yang gagal memimpin, suami yang enggan mendidik, pemimpin yang lebih sibuk dipuja daripada memikul amanah.

Di sinilah pentingnya kita kembali meneladani Ibrahim — bukan hanya mengaguminya dalam khutbah, tapi menapaki langkahnya dalam kehidupan nyata.

Jadikan rumah kita seperti rumah Ibrahim: sederhana tapi penuh makna, tidak mewah tapi menjadi tempat lahirnya generasi sabar, tangguh, dan bertauhid.

Jadikan peran kita sebagai suami, ayah, dan pemimpin tidak hanya simbol, tapi fungsional — menghadirkan solusi, bukan sekadar tuntutan.

Belajarlah dari Ibrahim

Kategori :