RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Sejumlah tentara penjajah mengancam akan berhenti bertugas jika pemerintah “Israel” tidak melakukan upaya untuk mencapai kesepakatan pembebasan tawanan.
Melansir Al Mayadeen pada Rabu (09/10/2024), setidaknya 130 tentara “Israel” mengirim surat kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Keamanan Yoav Gallant yang menegaskan bahwa “melanjutkan perang di Gaza tidak hanya menunda kembalinya para tawanan, tetapi juga membahayakan nyawa mereka.”
“Jika pemerintah tidak segera mengubah arah dan bekerja untuk mendapatkan kesepakatan untuk membawa pulang para sandera, kami tidak akan bisa melanjutkan tugas kami,” bunyi pernyataan para tentara itu.
Mereka pun mengancam akan berhenti melanjutkan tugas jika upaya kesepakatan tidak dilakukan.
“Bagi sebagian dari kami, garis merah telah dilewati, dan bagi sebagian yang lain, hari itu semakin dekat: hari di mana, dengan hati yang hancur, kami akan berhenti melapor untuk bertugas,” lanjut pernyataan tersebut.
Para tentara yang mengancam berhenti bertugas berasal dari tentara cadangan dan tentara reguler, beberapa diantaranya telah bertempur di Gaza dan di perbatasan utara sejak Taufan Al-Aqsha.
Hukuman bagi tentara yang menolak ke Gaza
Pada Agustus, Pasukan Penjajahan “Israel” (IDF) dilaporkan mengancam para tentaranya dengan hukuman jika mereka tidak kembali ke Gaza untuk melanjutkan genosida yang sedang berlangsung di Jalur Gaza di tengah meningkatnya kasus-kasus penolakan dalam beberapa bulan terakhir.
Menurut lembaga penyiaran KAN, sekitar 20 tentara IDF dari brigade infanteri telah menolak untuk kembali ke Gaza. Sementara sekitar 10 tentara menerima peringatan resmi yang menyatakan bahwa mereka akan menghadapi hukuman karena tidak mematuhi perintah militer.
Keluarga para prajurit IDF mengklaim bahwa kerabat militer mereka “dipaksa untuk melakukan manuver darat di Gaza atau menghadapi hukuman penjara,” dan menambahkan, “Hanya ada beberapa prajurit yang tersisa di kompi mereka yang mampu bertempur… Ini adalah waktu kita sebagai orang tua untuk membantu mereka menghadapi sistem yang tidak peduli dengan mereka.”
Meskipun begitu, Menteri Keamanan Yoav Gallant menyatakan pada bulan Juli bahwa Tel Aviv membutuhkan 10.000 tentara baru di tengah kekurangan pasukan.
Semakin banyak yang menolak wajib militer
Sebuah survei pada Mei mengungkapkan bahwa hanya 42% prajurit tetap IDF yang mau melanjutkan dinas, turun dari 49% sebelum perang. Alasannya antara lain adalah kelelahan ekstrem, kerusakan pada kehidupan keluarga, dan ketidakpuasan dengan gaji, lansir Ynet.
Menurut survei yang dilakukan oleh Divisi Personel IDF, telah terjadi penurunan yang signifikan dalam kesediaan para tentara tetap untuk tetap berdinas.
Hanya 42% yang menjawab positif apakah mereka ingin melanjutkan dinas mereka, dibandingkan dengan 49% pada Agustus 2023.
Namun, yang paling menonjol adalah semakin banyaknya jumlah prajurit yang mengajukan masa pensiun lebih cepat selama perang. (net)
Kategori :