Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyampaikan jumlah penarikan utang baru pemerintah pada 2024.
Direktur Surat Utang Negara DJPPR Deni Ridwan mengatakan pemerintah menarik utang baru senilai Rp 600 triliun pada 2024. Menurut Deni, utang baru tersebut untuk menutup defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 yang ditargetkan naik menjadi sebesar 2,9 persen atau senilai Rp 522,8 triliun, dibandingkan target defisit 2023 sebesar 2,27 persen. "Secara nominal utang kita bertambah. Tahun depan dengan defisit sekitar 2,9 persen rata-rata kemungkinan kalau nggak ada penurunan defisit, utang kita bertambah Rp 600 triliun," ujar Deni dalam Peluncuran Electronic Indonesia Bond Market Directory (E-IBMD) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Senin (18/12). Deni mengakui bahwa kenaikan penarikan utang Indonesia pada 2024 akan menambah pembiayaan untuk utang pokok dan bunga. Namun, dari segi rasio utang Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih terbilang aman. "Dibandingkan dengan negara peer, kita dengan debt to GDP makin kecil sekarang sekitar 37 persen. Kalau awal pandemi 40 persen, ini relatif masih rendah let's say ASEAN country Malaysia, Filipina, Thailand mencapai 70 persen," ujar Deni. Buku Nota Keuangan 2024 mencatat Presiden Joko Widodo bersiap menarik utang baru atau pembiayaan utang senilai Rp 648,1 triliun sebagaimana RAPBN 2024, atau naik 14,9 persen year on year (yoy) dibandingkan outlook tahun ini yang senilai Rp 406,4 triliun. Namun, target pembiayaan utang itu menurun apabila dibandingkan target tahun ini dalam APBN 2023 yang senilai Rp 696,3 triliun. Pembiayaan utang senilai Rp 648,1 triliun itu untuk menutup defisit anggaran tahun depan yang ditargetkan senilai Rp 522,8 triliun atau 2,29 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). (jp)
Kategori :