Pilihan transmisi yang tersedia mencakup transmisi manual dan otomatis.
Selain Toyota Avanza Veloz, Honda Brio juga merupakan salah satu mobil LCGC yang diizinkan menggunakan Pertalite.
Honda Brio dilengkapi dengan mesin 1.199 cc SOHC i-VTEC yang mampu menghasilkan daya sebesar 90 PS dan torsi puncak 110 Nm.
Namun, pemilik mobil LCGC harus berhati-hati dalam mengisi bahan bakar. Disarankan menggunakan bensin dengan oktan minimal 92 untuk menghindari masalah knocking atau detonasi yang dapat merusak mesin.
Risiko Penggunaan
Pertalite pada Mobil LCGC
Mobil LCGC dianjurkan untuk menggunakan bensin dengan nilai oktan 92 atau lebih tinggi. Penggunaan Pertalite yang memiliki nilai oktan lebih rendah dari yang direkomendasikan dapat menyebabkan gejala knocking.
Gejala ini terjadi karena bahan bakar dengan oktan rendah memicu peningkatan temperatur dan tekanan di dalam ruang bakar mesin akibat pembakaran yang tidak sempurna. Jika dibiarkan, hal ini dapat menyebabkan kerusakan serius pada mesin mobil.
Mobil Niaga Pelat Kuning
Mobil niaga dengan pelat kuning, yang umumnya digunakan sebagai alat transportasi umum, juga diizinkan menggunakan Pertalite. Mobil-mobil ini termasuk kendaraan pengangkut penumpang yang sangat bergantung pada harga BBM bersubsidi.
Jika harga BBM naik, tarif transportasi umum bisa ikut meningkat, yang akan berdampak pada masyarakat luas.
Contoh mobil niaga pelat kuning yang banyak digunakan adalah Suzuki APV dengan mesin berkapasitas 1.500 cc.
Selain itu, Daihatsu GranMax Minibus dengan kapasitas mesin bervariasi, antara 1.298 cc dan 1.495 cc, juga diperbolehkan menggunakan Pertalite.
Kendaraan-kendaraan ini memainkan peran penting dalam layanan transportasi publik di berbagai daerah di Indonesia.
Kesimpulan
Daftar mobil yang diizinkan menggunakan Pertalite mencakup kendaraan dengan kapasitas mesin di bawah 2.000 cc, termasuk mobil niaga berpelat hitam dan kuning.