MPLS SMA/SMK di Jatim Catatkan MURI dengan Pembagian 25 Ribu Seragam Gratis

Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono saat melakukan deklarasi antiperundungan bersama peserta MPLS di SMKN 5 Surabaya, Senin (15/7). -Foto: Dok. Humas Pemprov Jatim-

RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono membuka Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang diikuti 1.000 siswa perwakilan SMA/SMK dan SLB negeri di lapangan SMKN 5 Surabaya, Senin (15/7).

Dalam kesempatan itu, Adhy membagikan 25.711 ribu seragam gratis secara serentak untuk siswa pra sejahtera dari total 4.060 SMA/SMK dan SLB negeri serta swasta di Jatim.

Pembagian seragam gratis itu mencatatkan MURI dengan kategori terbanyak. Selain itu, terdapat penandatanganan deklarasi antiperundungan oleh 256.644 siswa yang juga mencatatkan MURI.

Adhy mengatakan pembagian seragam gratis itu hanya diberikan bagi siswa dari keluarga kurang mampu. Tujuannya untuk meringankan wali murid.

Baca Juga: Siswa SMAN 3 Taruna Angkasa Harumkan Jatim di Pertandingan Jiu-Jitsu Internasional

Seragam gratis yang diberikan secara gratis itu meliputi satu stel seragam putih abu-abu dan pramuka.

“Kami memperhatikan semua proses dan beberapa kebutuhan terkait siswa baru, termasuk seragam sekolah. Kalau tidak punya tak perlu membebani orang tua karena akan kami berikan,” ujar Adhy.

Dia menjelaskan MPLS tahun ini tak hanya menjadi tradisi menyambut tahun ajaran baru, tetapi mengenal lebih dekat lingkungan sekolah dan langkah dalam menanamkan nilai positif untuk proses pembelajaran.

“Ini hari bersejarah bagi siswa sekolah menengah. Orientasi ini untuk penyesuaian ke SMA/SMK sekaligus awal dalam penanaman nilai-nilai budaya yang positif,” tuturnya.

Salah satu upaya penanaman nilai positif itu dengan dilakukannya deklarasi dan dukungan antiperundungan untuk seluruh SMA/SMK di Jatim.

Deklarasi itu menjadi komitmen yang dilakukan secara masif oleh Pemprov dan Dindik Jatim karena setiap bulannya kasus perundungan kerap terjadi di lingkungan pendidikan.
“Kami ingin dari lingkungan sekolah, guru betul-betul melakukan koordinasi yang kuat dengan orang tua dan memanfaatkan sosial media atau aplikasi tentang perundungan,” kata dia.

Adhy menilai aksi perundungan yang selama ini disebabkan dari pribadi siswa, salah satunya senioritas, di mana siswa adalah bagian aktif bersama dalam komunitas.

Karena itu, salah satu bentuk pencegahan itu dimulai dari kepedulian lebih dahulu dengan mengoptimalkan sistem pengawasan dari guru dan orang tua secara langsung.
“Kalau ada secara psikologi anak mengalami stres dan skizofrenia dalam belajar kita cari persoalannya dan tidak boleh main-main terkait itu,” ucapnya. (jp)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan