Memang Bisa Anak SMK Masuk Industri Game? Begini Penyelarasan Kurikulumnya

Apa benar anak SMK bisa langsung terjun ke industri game? Begini peluang dan penyelarasan kurikulum yang sedang dirancang. -Foto: Game Design Open House di Vancouver Film School-

RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Sejumlah jurusan SMK kian dekat dengan industri game. Beberapa di antaranya yakni Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim (PPLG) yang relatif baru, Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), dan Desain Komunikasi Visual (DKV).

Namun, apa benar lulusan SMK bisa langsung terjun ke industri game?

CEO Gamecomm Indonesia Sere Kalina berpendapat, lulusan SMK berkesempatan dan diharapkan bisa langsung bekerja di studio game maupun membuat studio game sendiri setelah magang dan lulus sekolah.

"Dengan nanti Gamecomm juga bisa membantu untuk funding, pendanaan, karena pasti develop game butuh biaya," kata Kalina usai media briefing Rembug Pendidikan Vokasi "Skill Indonesia 2045" di Hotel Ibis Style Tanah Abang, Jakarta, Selasa (9/7/2024)dilansir detik.com.

Baca Juga: Terbaru! Kemenag Rilis Pedoman Implementasi Kurikulum bagi Madrasah

"Pun di kantor kita sedang menerima anak magang dari SMK, ada 20 siswa. Ini juga sebagai bentuk komitmen agar langsung terserap secara nyata di industrinya," sambungnya.

Penyelarasan Kurikulum SMK dengan Industri Game

Perusahaan program creator untuk industri dan komunitas game dan esports tersebut sebelumnya meresmikan kerja sama penyelarasan kurikulum dan penyerapan tenaga kerja terampil pendidikan vokasi dengan dengan Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI), Ditjen Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek pada Juni 2024.

Kurikulum vokasi di jurusan DKV, RPL, dan terutama PPLG SMK saat ini menurut Sere belum sesuai dengan kebutuhan industri. Ia mencontohkan, pengajaran Unity dan Unreal engine dalam pengembangan game perlu dimaksimalkan bagi siswa PPLG di SMK.

"Itu tools yang sangat basic untuk membuat game. Nah itu kadang di beberapa sekolah belum mumpuni dari kurikulum atau pembelajarannya. Sementara untuk menjadi seorang game programmer, untuk menjadi seorang game engineer itu harus menguasai itu," jelasnya.

Penyelarasan kurikulum DKV untuk industri game menurutnya juga perlu dilakukan, misalnya untuk mengisi kebutuhan 2D artist, 3D artist, serta UI/UX specialist. Pembelajaran saat ini menurutnya lebih condong ke kebutuhan industri cetak.

Sedangkan kurikulum RPL menurut Sere perlu menjembatani guru dan siswa dengan ilmu pemrograman yang lebih cocok untuk industri game.

"Nah untuk nantinya dengan program-program Gamecom itu nanti di tahun depan misalnya kita ada link and match gitu ya, seperti mungkin ada job fair yang bisa langsung menjembatani lulusan vokasi ini untuk bisa magang dan bekerja langsung di studio game di Indonesia yang sudah rekanan juga dengan Gamecomm," ucapnya.

"Maunya end-to-end ya programnya ya dari mereka pembelajarannya sampai nanti mereka lulus dan mereka bisa berkarier, dan itu tidak menutup kemungkinan juga untuk mereka bisa berkarir di studio game internasional atau bahkan membuka studio game sendiri, itu juga kita sangat-sangat mendukung," imbuh Sere.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan