Siswa Bisa Jadi Peneliti, Ilmuwan BRIN: Ini Syarat & Keuntungannya

--

Budaya meneliti bisa dimulai pada level sekolah dan dilakukan para siswa. Hal ini diungkapkan Kepala Pusat Riset Pendidikan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Trina Fizzanty.

"Budaya meneliti bisa dilakukan di tingkat sekolah. Riset tak harus dilakukan pada level kelembagaan," ujar Trina dalam diskusi bertema "Penguatan Budaya Meneliti di Tingkat Sekolah", Rabu (29/11/2023), dikutip dari rilis laman BRIN.

Selaras dengan hal ini, peneliti Pusat Riset Pendidikan, Janu Arlinwibowo mengatakan, objek untuk penelitian siswa bisa berupa segala hal yang ada di sekitarnya.

Melalui pemaparan isi bukunya yang bertajuk "Menjadi Siswa Peneliti", Janu menjelaskan bahwa siswa peneliti adalah siswa yang mampu melakukan riset secara terukur sesuai dengan talenta yang dimiliki.

Syarat Jadi Siswa Peneliti
Janu menyampaikan, syarat menjadi peneliti adalah didasari kemauan, ide yang dapat diwujudkan sesuai talenta, bakat, usaha, dan lainnya. Dia menyebut siswa pada umumnya tidak diminta untuk wajib memiliki fasilitas laboratorium.

"Cukup pendekatan dengan literasi, konsistensi dalam mengelola secara terus menerus, pantang menyerah dalam menghadapi berbagai tantangan dalam pencapaian penelitian," kata Janu.

Menurut Janu, seorang siswa peneliti jika memenangkan perlombaan, akan mendapatkan uang dan fasilitas misalnya berkunjung ke suatu tempat dengan pejabat publik, atau lain sebagainya.

Dia menegaskan, meski demikian semua pelaku peneliti pasti akan mengalami ketidaksesuaian fakta dan teori, biasanya dikarenakan waktu; tempat; dan sebagainya. Oleh sebab itu, lebih baik mencari ide orisinal yang sesuai dengan level kognisi siswa peneliti.

Sementara, Kepala Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta, Rudy Prakanto memiliki sejumlah pandangan mengenai hal yang perlu diperhatikan terkait kualitas personal guru ataupun profesionalismenya.

Kualitas personal tersebut terletak pada dukungan guru dalam membimbing penelitian siswa. Kualitas itu contohnya adalah sabar, baik hati, konsisten, terbuka, humoris, gemar menolong, menguasai materi pelajaran, fleksibel, dan menaruh minat yang baik terhadap murid.

Dari sisi profesionalitas, guru setidaknya perlu memiliki kompetensi dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan, dedikasi melaksanakan tugas, kredibilitas moral, kematangan teknis mengajar, juga mampu membangkitkan etos sekaligus motivasi siswa dalam belajar dan meraih kesuksesan.

Menurutnya, prinsip pengembangan budaya meneliti di sekolah adalah, semakin kuat pemahaman; keyakinan; dan kepatuhan terhadap norma dan nilai, maka semakin tinggi pula kebanggaan terhadap sekolahnya. Selain itu, rasa persatuan semakin menguatkan motif berprestasi dan daya belajar.

Membentuk budaya meneliti di sekolah merupakan tantangan guru yang tak ringan. Untuk dapat menumbuhkan budaya tersebut, harus memiliki minat pada bidang tertentu seperti olahraga, keagamaan, atau lainnya.

"Jadi, apapun bisa menjadi ajang penelitian, syaratnya hanya perlu kemauan dan kemampuan serta memikirkan konsepnya secara kreatif dan inovatif). Sehingga setiap waktu ia melakukan evolusi, salah satunya dengan mempelajari kesuksesan seseorang yang terbukti hebat di suatu bidang," jelas Rudy.

Dia menambahkan, tak kalah penting juga mengembangkan budaya meneliti di sekolah dengan berorientasi pada pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah.

Caranya adalah melalui penerapan kepemimpinan partisipatif dengan memperluas peran pendidik dalam mengambil keputusan dan siap melakukan perubahan sesuai perkembangan.

Sehingga, kata kunci dari prinsip membangun budaya meneliti adalah berkomitmen dan konsisten dalam menjalani proses serta selalu mengikuti perkembangan zaman. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan