Kafe Kaifa
Suasana Kafe Kaifa. (Insert) mengambil air minum di trotoar Madinah.-Harian Disway-
Aneka cahaya akan menyorot puncak-puncaknya yang magis. Sekalian untuk pertunjukan cahaya.
Agak di luar kota Madinah saya lihat sudah ada satu gunung batu yang dibuat seperti itu. Masuklah kota Madinah malam hari. Satu lampu sokle sangat kuat menyorot sebuah puncak gunung batu yang tinggi nan besar. Satu warna cahaya. Itu saja sudah menakjubkan.
Kelak bisa jadi satu puncak satu warna. Puncak lain warna lain lagi.
Siapa tahu kelak tur di sela umrah dilakukan malam hari. Dari pada tur umrah yang hanya itu-itu saja: kebun kurma.
Saya tentu cukup sekali saja ke kebun kurma. Lima tahun lalu itu. Yang di situ terlalu banyak makan kurma mentah. Sampai pencernaan saya terganggu luar biasa. Aorta saya pun pecah. Anda sudah tahu ceritanya --pun sebelum saya tulis.
Setelah usai subuh ke Kafe Kaifa, malam harinya saya ke sana lagi: kali ketiga. Ingin tahu suasana malamnya yang gemerlapan. Juga ingin beli roti channai --sebagai penebus dosa roti pratta.
Naik kelasnya kota Madinah sekarang ini bisa jadi ikut membawa perubahan perilaku jamaah umrah: mulai malu kalau buang sampah sembarangan. Juga malu kalau tidak ikut tampil indah. (Dahlan Iskan)