Awal Ramadhan Boleh Berbeda Persatuan Umat yang Utama
Drs. H. Dalmuji Suratno-(ist/rl)-
Oleh : Drs. H. Dalmuji Suratno
RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Ramadhan Hari Ke 2
Marhaban ya Ramdahan…!!! Dalam tulisan terdahulu sudah dijelaskan bahwa kedatangan Ramadhan disambut oleh umat Islam dengan penuh kebahagiaan dan keceriaan.
Ini dapat dipahami oleh kaum muslimin dan muslimat yang beriman karena kehadiran bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh barokah dan keampunan yang sangat istimewa.
Allah Ta’ala mengkhususkan bulan Ramadhan di antara bulan-bulan lainnya dengan keutamaan yang agung dan keistimewaan yang banyak. Imam Al-Gazali dalam Kitabnya Ihya’ Ulumuddin menulis bahwa puasa menjadi sangat istimewa, karena Allah SWT yang akan memberikan langsung ganjarannya.
Dasarnya adalah Hadits Rasulullah SAW sebagai berikut : ‘Setiap amal kebaikan memiliki balasan pahala sepuluh kali lipatnya sampai tujuh ratus kali lipat kecuali ibadah puasa , karena sesungguhnya puasa itu adalah untukku dan aku yang akan membalaskan pahalanya’." (HR. Bukhari).
Baca Juga: 6 Amalan yang Bisa Dikerjakan saat Ramadan, Tak Hanya Puasa
Allah SWT berfirman dalam Quran Surat Al-Baqarah 183 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (QS. Al-Baqarah [2]: 183).
Kondisi yang ada saat ini bahwa ramdhan tahun 1445 H/2024 M terjadi perbedaan dalam menentukan awal ramadhan dan yang menonjol adalah Penentuan Ijtimak 1 Ramadhan antara Muhammadiyah dengan Pemerintah di satu pihak, dan di lain pihak Nahdatul Ulama (NU) yang merupakan dua organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Perbedaan pendapat ini disebakan karena didalam menentukan 1 Ramadan di Persyarikatan Muhammadiyah berdasarkan metoda Hisab Hakiki.
Metoda Hisab Hakiki adalah metode hisab yang berpatokan pada gerak benda langit, khususnya mata hari dan bulan faktual (sebenarnya).
Untuk menentukan tanggal 1 bulan Komariah dalam konsep Hisab Hakiki Wujutul Hilal terlebih dahulu harus memenuhi tiga kriteria, yaitu : pertama, sudah terjadi Ijtimak (konjungsi) antara bulan dan mata hari: kedua, Ijtimak terjadi sebelum terbenam mata hari; ketiga, ketika mata hari terbenam bulan belum terbenam, atau bulan masih di atas ufuk.
Berdasarkan perhitungan di atas, ijtimak jelang ramadhan terjadi pada hari minggu 10 Maret 2024 bertepatan dengan 29 Syakban 1445 H terjadi pada pukul 16.07’.42” WIB Wujutul Hilal sudah muncul, di Wilayah Yogyakarta (WIB) oleh karenanya Persyarikatan Muhammadiyah mulai menjalankan ibadah puasa hari Senin 11 Maret 2024 M bersamaan dengan 1 Ramadhan 1445 H.
Tentunya pada posisi ini bila dilakukan dengan Ru’yatul Hilal (melihat langsung) hilal belum bisa terlihat dengan sempurna karena masih dibawah 2 derajat, tapi bukan berarti Muhammadiyah mengabaikan sistim perhitungan Ru’yatul Hilal (melihat langsung). Karena biasanya hilal bisa terlihat jelas bila sudah berada di posisi 2 – 3 derajat.