Polisi Selidiki Kasus Keracunan Massal MBG di Lebong

Kapolda Bengkulu Irjen Pol Mardiyono SIK MSI, saat mengunjungi para pelajar yang menjadi korban keracunan MBG di RSUD Kabupaten Lebong kemarin.-foto :adrian roseple/radarlebong-
RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Lebih dari 446 pelajar dari tingkat PAUD hingga SMP, bersama dengan tiga guru, mengalami keracunan massal setelah mengonsumsi makanan dari program Makanan Bergizi Gratis (MBG) pada Rabu, 27 Agustus 2025.
Kejadian ini mengguncang dunia pendidikan dan kesehatan masyarakat di Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, sehingga mengundang perhatian serius dari aparat kepolisian dan instansi terkait.
Peristiwa ini pertama kali diketahui saat puluhan pelajar mulai menunjukkan gejala keracunan seperti mual, muntah, dan pusing setelah menyantap makanan yang disediakan melalui program MBG yang bertujuan meningkatkan gizi anak-anak sekolah.
Melihat kondisi tersebut, pihak sekolah segera membawa korban ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan medis. Hingga Kamis pagi, 28 Agustus 2025, proses perawatan masih berlangsung, dan beberapa anak dalam kondisi stabil setelah mendapatkan perawatan intensif.
Kapolda Bengkulu, Irjen Pol Mardiyono SIK MSI, yang turun langsung ke lokasi kejadian, menegaskan bahwa kepolisian sudah membentuk tim investigasi khusus guna menelusuri penyebab keracunan massal ini.
"Kami telah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh, mulai dari dapur penyedia makanan MBG, bahan baku, proses pengolahan, hingga distribusi ke sekolah-sekolah penerima," ujar Kapolda kemarin.
Dalam proses investigasi, pihak Polres Lebong telah memanggil pengelola dan penyalur program MBG untuk dimintai keterangan. Namun, Kapolda menegaskan hasil pemeriksaan masih dalam tahap analisis dan belum bisa disampaikan secara lengkap kepada publik.
"Kami ingin memastikan penyebab pasti musibah ini agar tidak menimbulkan kesimpangsiuran. Setelah investigasi rampung, hasilnya akan kami laporkan secara terbuka," tambahnya.
Kapolda juga mengungkapkan bahwa musibah ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak yang terlibat dalam penyediaan makanan untuk anak-anak sekolah. Ia menekankan perlunya penerapan standar kebersihan dan keamanan pangan yang ketat dalam setiap tahap penyediaan makanan MBG.
"Penyortiran bahan makanan harus dilakukan dengan cermat. Bahan yang tidak memenuhi standar kualitas harus segera dibuang. Selain itu, penyimpanan bahan makanan harus dilakukan secara terpisah antara bahan daging dan sayuran untuk mencegah kontaminasi silang," jelas Kapolda.
Selain itu, kebersihan dapur penyedia makanan harus menjadi perhatian utama. Dapur harus bebas dari hama seperti lalat dan cicak. Koki dan semua petugas yang memasak diwajibkan menggunakan masker dan menjaga kebersihan tangan secara ketat. Proses memasak juga harus dilakukan secara steril dan higienis. Setelah matang, makanan panas harus segera didistribusikan ke sekolah agar tidak mengalami kerusakan atau kontaminasi.
"Mereka yang bertugas mengantarkan makanan juga harus menjalani pelatihan khusus agar tidak ada kesalahan dalam pengelolaan dan distribusi makanan," tambah Kapolda.
Kapolda Mardiyono menegaskan bahwa kejadian ini tidak boleh mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap program MBG yang bertujuan membantu anak-anak memperoleh asupan gizi yang baik.
"Masyarakat tidak perlu takut. Program MBG akan terus berjalan dengan evaluasi ketat agar kejadian seperti ini tidak terulang. Kita yakin semuanya akan kembali normal dan anak-anak bisa menikmati makanan bergizi dengan aman," tutup Kapolda.