Harga Kopi Turun Drastis

KOPI: Salah satu petani Kopi di Lebong yang mengharapkan Pemkab Lebong dapat turun tangan atasi harga kopi yang saat ini anjlok.-(rian/rl)-

RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Para petani kopi di Kabupaten Lebong, tengah menghadapi masa sulit. Harga biji kopi kering yang sebelumnya mencapai Rp 70 ribu per kilogram, kini turun drastis hingga menyentuh angka Rp 41 ribu.

Meski dalam sepekan terakhir harga sempat naik sedikit menjadi Rp 45 ribu, kenaikan ini belum mampu mengembalikan semangat dan keseimbangan pendapatan para petani.

Penurunan harga ini terjadi sejak awal Juli 2025, bertepatan dengan masa panen raya. Bagi petani, kondisi ini menjadi pukulan berat karena tidak hanya menurunkan penghasilan, tetapi juga meningkatkan beban operasional. 

Salah satu petani asal Lebong, Rahmad (45) mengungkapkan bahwa penurunan harga tersebut sangat terasa, terlebih ketika kebutuhan seperti pupuk dan perawatan tanaman justru mengalami kenaikan.

Baca Juga: Bahaya Narkoba, Kapolres Imbau Warga Waspada dan Jauhi Narkotika

"Sekarang harga kopi turun, sementara biaya pupuk dan perawatan naik. Kami bingung harus bagaimana. Pemerintah harus hadir, jangan biarkan kami menghadapi ini sendirian," kata Rahmad.

Rahmad sendiri memiliki lahan kopi seluas dua hektare dan telah lima kali panen. Namun dengan harga yang tidak stabil, ia mengaku kesulitan menutupi biaya produksi, apalagi mendapatkan keuntungan.

Ia berharap agar pada panen berikutnya harga kopi bisa kembali stabil. Ia juga meminta agar pemerintah daerah maupun pusat segera mengambil langkah untuk mengatasi persoalan harga ini.

"Kita berharap pemerintah daerah dapat turun tangan, misalnya melalui kebijakan stabilisasi harga atau dukungan subsidi kepada petani. Karena tanpa intervensi dari pemerintah, petani kecil akan terus menjadi korban dari fluktuasi harga pasar yang tidak menentu," harapnya.

Menurutnya, kondisi ini turut menjadi perhatian masyarakat luas, mengingat kopi merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Lebong yang menopang ekonomi ribuan keluarga petani.

Jika tidak segera ditangani, dikhawatirkan anjloknya harga akan berdampak pada menurunnya minat petani untuk melanjutkan budidaya kopi, yang dalam jangka panjang bisa mempengaruhi produksi dan daya saing kopi lokal di pasar nasional maupun internasional.

"Harapan kami ke depan ada sistem perlindungan harga atau kebijakan pengendalian pasar yang mampu menjaga stabilitas komoditas pertanian, khususnya kopi. Tidak hanya sebagai bentuk kepedulian, tetapi juga untuk memastikan keberlanjutan pertanian rakyat di daerah penghasil kopi seperti Lebong," tutupnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan