Stunting di Lebong Cukup Tinggi, Ada 108 Balita Teridentifikasi

Kegiatan Posyandu.-(ist/rl)-
LEBONG.RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Masalah stunting masih menjadi pekerjaan rumah serius bagi Pemerintah Kabupaten Lebong.
Data terbaru Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat, sepanjang Januari hingga Maret 2025, sebanyak 108 balita di Lebong mengalami stunting, dan yang memprihatinkan, empat di antaranya juga mengidap penyakit penyerta seperti cerebral palsy.
Kondisi ini memperburuk tumbuh kembang anak dan menambah kompleksitas penanganan.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Lebong, Sumarmi, menegaskan bahwa intervensi gizi pada balita dengan penyakit penyerta memerlukan perhatian khusus, baik dari segi pemantauan maupun tindakan medis berkelanjutan.
“Penanganan gizi dan upaya pencegahan stunting pada usia di bawah dua tahun sangat sulit jika sudah disertai penyakit penyerta,” jelas Sumarmi.
Baca Juga: Proyek Dana Desa Semelako I Buka Lapangan Kerja untuk Warga
Dalam upaya deteksi dini dan pencegahan, Dinkes menargetkan 6.733 balita untuk diperiksa melalui posyandu dan puskesmas. Namun hingga Maret 2025, baru 3.441 balita yang sudah menjalani penimbangan dan pengukuran tumbuh kembang.
Artinya, masih ada 3.293 balita di Kabupaten Lebong yang belum tersentuh pemeriksaan, menjadi tantangan besar dalam upaya menekan angka stunting di daerah ini.
Menurut Sumarmi, rendahnya partisipasi orang tua menjadi penyebab utama belum optimalnya deteksi dini stunting.
Banyak orang tua yang sibuk bekerja atau lupa membawa anak ke posyandu, sehingga pertumbuhan anak tidak terpantau secara berkala.
“Ini bukan semata masalah kesehatan. Penanganan stunting membutuhkan kolaborasi lintas sektor, dari tokoh masyarakat, pemerintah desa, kader posyandu, hingga peran aktif keluarga,” tegasnya.
Dari data Dinkes, Puskesmas Muara Aman menjadi wilayah dengan kasus stunting tertinggi, mencatat 25 kasus dari 443 balita yang diperiksa.
Sementara itu, persentase tertinggi ditemukan di Puskesmas Talang Leak, dengan 9 dari 60 balita atau sekitar 15 persen mengalami stunting.
Temuan ini menunjukkan bahwa wilayah dengan akses layanan kesehatan terbatas dan kesadaran gizi rendah masih menjadi titik rawan stunting.