Pentingnya Siswa Belajar Transisi Energi Bersih yang Adil dan Inklusif

RE–Agent mengajak siswa belajar transisi energi bersih yang adil dan inklusif untuk Indonesia.-foto: net-
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMh) di Kampung Tangsi Jaya, Desa Gununghalu, Bandung Barat memanfaatkan debit aliran Sungai Ciputri untuk koperasi pengolahan kopi.
Selain itu di Blora, guru otomotif SMKN 1 Blora, Noer Chanief, menciptakan Omset Pintar atau pembangkit tenaga surya dan angin untuk menerangi jalan Desa Gempolrejo dan Desa Mulyorejo, Blora yang belum mendapatkan akses listrik.
“Di Blora 60 persen wilayahnya adalah hutan dan desa-desa di sana tidak mendapatkan akses listrik. Listrik itu bagaikan kemewahan. Karena itu, sejak 2014 dan 2015 kami mencari cara bagaimana masyarakat juga bisa mengecap ‘manisnya listrik’. Akhirnya, kami membuat kincir yang dilengkapi panel surya untuk menerangi jalan. Ia bebas emisi dan biaya. Omset Pintar ini juga mengurangi hama di ladang saat musim hujan–sebagai pengganti perangkat anti-serangga yang pakai lampu dari PLN. Lalu saat pandemi kami juga membuat sepeda portable yang bisa menghasilkan listrik untuk kegiatan sehari-hari,” jelas Noer Chanief.
Pelibatan masyarakat dalam pengembangan sumber energi yang sesuai dengan kebutuhan komunitas merupakan salah satu nilai dari transisi energi yang adil, inklusif, dan berkelanjutan.
Pemahaman atas nilai dan prinsip tersebut menjadi poin penting dalam pendidikan kritis energi bersih dan terbarukan yang tak hanya menyoal teknologi saja.
“Kesadaran untuk mendorong adanya pendidikan energi terbarukan yang inklusif harus dibangun sampai kita bisa mengimplementasikan pola hidup ramah lingkungan. Setiap tenaga didik memiliki caranya masing-masing, ada yang mengajak siswa untuk menghitung berapa watt listrik yang digunakan dan cara menguranginya, dalam pelajaran fisika menghitung kenaikan suhu bumi, bahkan paling sederhana lewat internet. Pembelajaran soal energi terbarukan sudah sangat mendesak ketika melihat kondisi bumi saat ini,” kata Nadya Fidina Salam, guru geografi SMAN 3 Jakarta. (jp)