Kedelai Gajah

Catatan Dahlan Iskan-foto :disway.id-

Itulah mesin untuk panen kedelai. Dengan satu mesin itu tanaman kedelai seluas 1000 hektare bisa dipanen  dalamsatu minggu. Termasuk proses menjadikannya butiran kedelai, juga di mesin itu.

Saya naik ke kursi kemudi kendaraan itu. Kursinya mirip kursi pilot pesawat –bisa mentul-mentul agar tidak terjadi guncangan saat melewati lubang.

Di sudut kabinnya ada layar monitor. Serba digital.

Di luar bengkel masih ada satu gajah bengkak lagi. Itulah mesin penyiram tanaman kedelai yang airnya sudah mengandung pupuk.

Kendaraan ini punya dua 'tangan'. Saat parkir di halaman "tangannya" disedekapkan. Di sawah nanti "tangannya" direntangkan. Lebar rentangnya: 120 meter!

Sebenarnya saya dijadwalkan untuk merasakan bagaimana menjalankan mesin-mesin itu. Dipraktikkan di sawah. Tidak perlu SIM khusus. Tapi timing-nya tidak tepat. Lagi hujan. Kesempatan ada tapi keadaan tidak memungkinkan. 

Saya diminta datang lagi tahun depan.

Harga gajah yang diparkir di luar bengkel itu juga Rp 10 miliar.

Masih banyak lagi mesin pertanian milik petani bernama Charles ini. Kalau mesin-mesin itu rusak harus diatasi sendiri. Tidak ada yang buka bisnis bengkel di sana. Tidak akan laku. Semua petani bisa memperbaiki mesin-mesin pertaniannya sendiri.

Maka Charles punya bengkel sendiri. Semua kerusakan harus diperbaiki sendiri.

Tidak hanya Charles. Semua petani di Amerika bisa memperbaiki mesin pertanian mereka sendiri. Tidak ada tempat untuk minta bantuan. Tidak punya tetangga. Harus Mandiri.

Punya tetangga kadang justru hanya membuat mental tidak bisa mandiri. Apalagi kalau tetangganya baik. Mepet pula. Hanya dipisahkan pagar.

Charles punya kemampuan mekanik bukan karena sekolah. Ia dapat ilmu dari ayahnya. Ayahnya dulu dapat dari kakeknya.

Semua anak petani, sejak kecil, sudah bergaul dengan bengkel. Pulang sekolah pun ke bengkel. Liburan ke bengkel.

"Apakah saat belajar dulu Anda pernah membuat mesin justru rusak?"

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan