Pemilihan Rektor UHO Penuh Intrik, Mendiktisaintek Brian Yuliarto Diminta Turun Tangan

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto di Hardiknas 2025. -Foto Humas Kemdiktisaintek-
JAKARTA.RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Para akademisi dan aktivis dari UHO meminta agar Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto memberikan perhatian khusus dalam mengawal proses pemilihan rektor hingga akhir.
Saat ini, pemilihan Rektor Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari 2025 – 2029 sudah meloloskan 3 kandidat yakni Prof. Armid, S.Si., M.Si., M.Sc., D.Sc., Prof. Dr. Ruslin, S.Pd.,M.Si, dan Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si.
Sesuai pertimbangan dan keputusan Mendiktisaintek, Rektor UHO Kendari 2025 – 2029 akan diputuskan pada 2 Juni 2025. Sejak awal, Dr. Muhammad Zein Abdullah, S.IP, M.Si., menyorot pemilihan anggota Senat UHO yang dianggapnya tidak menjadi cerminan demokrasi akademik.
Dia, bahkan secara tegas menyatakan bahwa terdapat dugaan kuat keterlibatan pimpinan universitas terhadap proses pemilihan yang dinilainya sarat intervensi, manipulasi, dan praktik nepotism
“Proses pemilihan ini tidak mencerminkan semangat demokrasi kampus yang seharusnya menjunjung keterbukaan dan partisipasi. Saya menyayangkan dalam proses yang telah dikondisikan dan direkayasa oleh oknum pimpinan universitas maupun fakultas,” ujar Muhammad Zein Abdullah, akademisi muda yang juga sebagai bakal calon Rektor UHO Kendari 2025–2029, Selasa (20/5).
Permasalahan ini mencuat sejak diberlakukannya Permendikti Saintek Nomor 21 Tahun 2025 tentang Statuta Universitas Halu Oleo.
Alih-alih memperkuat mekanisme demokratis, aturan tersebut justru dinilai membuka celah bagi manipulasi kekuasaan.
Muhammad Zein mengungkapkan bahwa tahapan seleksi anggota senat di tingkat program studi dan fakultas tidak dilakukan secara transparan.
“Saya sudah berkomunikasi dengan banyak dosen, dan ternyata ada nama-nama yang telah ditetapkan diam-diam tanpa persetujuan atau keinginan dari yang bersangkutan,” ucapnya.
Hal senada juga disampaikan dosen FISIPOL UHO (Pemerhati Politik dan Demokrasi), La Ode Muhammad Elwan, S.Sos., MPA.
Menurut La Ode Muhammad Elwan, masalah ini bukan soal siapa yang menang atau kalah, tetapi soal proses yang dipenuhi rekayasa sistematis.
Ketika prosesnya rusak, maka produk akhirnya pun kehilangan legitimasi, betapapun indah ia dikemas.
Proses pemilihan Rektor UHO periode 2025–2029 kini menjadi cermin buram dari krisis integritas dalam demokrasi kampus.
“Fakta-fakta yang mengemuka dari pernyataan salah satu calon rektor mengungkap dugaan pelanggaran administratif, manipulasi regulasi, serta intervensi kuasa yang sistematis oleh Rektor Prof. Dr. Muhammad Zamrun Firihu,” tegas La Ode Muhammad Elwan.