Menghidupkan Nilai Ramadhan

Menghidupkan Nilai Ramadhan.-foto: net-
RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - “JIKA engkau memandang bulan Ramadan sebatas salah satu dari dua belas bulan, maka nanti malam kau akan mengucapkan selamat tinggal. Namun jika engkau menganggapnya sebagai gaya hidup, maka engkau tidak akan pernah meninggalkannya. Jika ibadah puasa, membaca Al-Qur’an, bersedekah, shalat malam dan ibadah lainnya terus kita lakukan berkesinambungan, niscaya Ramadhan akan tetap bersemayam dalam hati selamanya,” demikian kutipan catatan singkat sarat makna yang ditulis menjelang akhir Ramadhan di salah satu kanal sosial media.
Lebaran telah berakhir, namun kehidupan masih akan terus berlanjut. Dan selama kehidupan masih berjalan selama itu pula perjuangan mempertahankan keimanan dan ketaqwaan mesti terus dilakukan.
Caranya tentu dengan melawan musuh-musuh penghalang jalan kita menuju Allah yaitu dengan mujahadatun nafs. Sebab musuh terbesar manusia adalah hawa nafsunya sendiri.
Habib Abdullah Al Haddad bahkan mengatakan di dalam kitabnya bahwa hawa nafsu manusia lebih berbahaya daripada tujuh puluh Setan.
Nah, hawa nafsu yang selama bulan Ramadhan itu dipaksa menjadi jinak kini selepas Ramadhan tentu akan berpotensi menjadi buas kembali. Hal ini dikarenakan instrumen-instrumen pengekang nafsu sudah mulai ditinggalkan.
Apa instrumen itu? Tiada lain adalah kegiatan berpuasa yang mewajibkan pelakunya untuk menahan diri dari kegiatan makan, minum, dan berhubungan suami-istri mulai waktu munculnya Fajar Shodiq hingga Maghrib (Puasa kaum Awam dalam trilogi klasifikasi puasa ala Al Ghazali).
Bahkan bukan hanya hawa nafsu, kini manusia harus melawan tandem abadi hawa nafsu yakni Setan.
Sosok penggoda manusia yang selama bulan Ramadhan dibelenggu itu kini diberi hak kembali untuk menggoda manusia. Bersama hawa nafsu, setan akan berkolaborasi kembali untuk menjatuhkan manusia dari titian jalan taqwa.
Dan untuk menghadapi itu semua, hasil didikan “madrasah” Ramadhan selama sebulan kemarin bisa dijadikan sebagai benteng pertahanan sekaligus senjata perlawanan.
Apa hasil didikan Ramadhan tersebut? Tentu (salah satunya) adalah ibadah puasa. Sebab Rasulullah ﷺ pernah bersabda,
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ ، فَضَيِّقُوا مَجَارِيَهُ بِالْجُوعِ ” ، ذَكَرَهُ فِي الْإِحْيَاءِ ، قَالَ الْعِرَاقِيُّ : مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ مِنْ حَدِيثِ صَفِيَّةَدُونَ قَوْلِهِ: فَضَيِّقُوا مَجَارِيَهُ بِالْجُوعِ
“Sesungguhnya setan itu menyusup dalam aliran darah anak Adam, maka persempitlah jalan masuknya dengan lapar (puasa).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah ﷺ juga pernah berwasiat kepada Ummul Mukminin Sayyidah Aisyah Radhiyallahu Anha sebagaimana dikutip oleh Imam Al Ghazali dalam Asrorus Shoum min Kitabil Ihya’ Ulumuddin nya,
داومي قرع باب الجنة، قالت: بماذا؟ قال صلى الله عليه وسلم: بالجوع