Outlook Ramadhan dan Cahaya Lailatul Qadar

--
RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Ramadhan bukan sekadar hitungan kalender. Ia adalah lanskap waktu dari cahaya Tuhan, sumber penerangan bagi jagat raya. Cahaya dari Sang Maha Cahaya tentu melebihi apapun. Di dalamnya mengandung riyadah spiritual menuju pintu agung-pintu Tuhan. Itulah cahaya malam Lailatul Qadar, jalan login untuk meraih puncak keagungan.
Ramadhan mengubah segalanya. Ia mengajaknya menuju lorong perenungan untuk tazkiyatun nafs (membersihkan hati). Tubuh diajak berdamai dengan perut kosong, dan hati diajak berdamai dengan waktu, mengandaikan keikhlasan untuk menerima cahaya-Nya.
Akhirnya, Ramdhan juga membawanya ke ruang kesadaran baru. Hidup bukan hanya tentang mengejar, berburu yang fana karena hawa nafsu yang tak terkendali, tapi juga tentang berhenti sejenak dan meresapi. Ramadhan menjadi ruang riyadah spiritual yang sempurna.
Menghidupkan Cahaya Batin
Ramadhan adalah momen getaran jiwa untuk sang Pencipta. Ia tidak sekadar menghadirkan komunikasi verbal dengan Tuhan, tapi zikir batin dan munajat yang mendalam. Saat di mana langit terasa lebih rendah, dan hati terasa lebih dekat dengan-Nya.
Maka ketuklah pintu-Nya dengan sungguh-sungguh. Mohonlah dengan keyakinan bahwa setiap doa, meski tak selalu langsung dijawab, tak pernah sia-sia. Sebab pintu pengabulan selalu terbuka bagi mereka yang sungguh-sungguh.
Ramadhan bukan cerita Tuhan yang semakin dekat. Sebab Tuhan selalu dekat. Ramadhan adalah tentang kita yang akhirnya perlu memanjangkan sujud kepada-Nya. Maka, jangan sia-siakan bulan ini. Setiap hari, setiap sujud, setiap doa adalah kunci jalan kehidupan.
Ramadhan itu momentum ruhani, dengan segudang cahaya Tuhan. Mungkin di hari-hari biasa, kita acapkali hidup ghaflah-penuh kealpaan. Sulit keluar dari rutinitas, kerap sibuk dengan kefanaan, yang tak henti-henti menuntut perhatian. Tapi Ramadhan datang sebagai madrasah, mengajak kita berhenti, wuquf (diam), dan menyelami relung hati.
Puasa bukan hanya tentang mengosongkan perut, tapi juga membersihkan diri dari hal-hal yang menghalangi masuknya cahaya Ilahi. Dalam konsep tasawuf, perlu sikap takhalli-mengosongkan ruang batin agar siap menerima anugerah Tuhan.
Jadikanlah Ramadhan ini sebagai peristiwa mujahadah batin. Penting untuk digunakan dengan baik. Ketuklah pintu-pintu itu dengan sungguh-sungguh. Sebab siapa yang benar-benar mengetuk, pintu pasti akan dibuka selebar-lebarnya.
Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar. Tapi juga menahan kata-kata yang bisa menyakiti. Tidak sedikit orang yang secara batin puasanya batal. Bukan karena makan di siang hari, tapi karena lidahnya tak berhenti menghakimi, penuh kesombongan.
Saat kita belajar menahan kata-kata yang tak perlu, kita sedang membuka pintu ketenangan. Sebab kebahagiaan sejati bukan terletak pada apa yang kita ucapkan, tapi pada apa yang kita relakan untuk tidak diceritakan.
Ramadhan juga mengajarkan kita tentang pentingnya berbagi. Sesuap nasi yang kita berikan bisa menjadi rezeki yang Allah lipatgandakan. Itu bukan hitungan matematika, tapi karena curahan cinta kepada sesama.
Saat memberi, kita tidak sekadar berbagi harta. Hal utamanya adalah cerita tentang berbagi kehangatan, berbagi do'a, dan berbagi harapan. Dan di saat itulah, pintu keberkahan terbuka lebar. Sebab Tuhan lebih mencintai tangan yang memberi daripada yang sekadar menggenggam. Itulah outlook Ramadhan, rahasia super untuk unclock beribu-ribu pintu rahmat dari sang Pencipta.