RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Rabu (26/6) pelayanan poli di RSUD Arga Makmur terhenti. Apa penyebabnya, ternyata beberapa Dokter Spesialis ini melakukan aksi demo menuntut agar Direktur RSUD Arga Makmur untuk diganti.
Tentu saja, aksi ini mengganggu Pelayanan Poli RSUD yang ditutup secara paksa hingga batas Waktu tak ditentukan. Hal ini tertulis dalam spanduk para aksi demo tersebut.
Menariknya, aksi ini tidak hanya sebatas aksi demo di halaman kantor RSUD Arga Makmur namun juga berlanjut ke kantor DPRD BU, namun saying pil pahit ditelan para aksi ini lantaran tidak menemukan satupun wakil rakyat tersebut.
Dokter Taufik, salah seorang peserta aksi demo mengatakan, aksi ini dilakukan oleh para dokter di RSUD Arga Makmur lantaran sudah merasa tidak tahan atas kepemimpinan Direktur RSUD Arga Makmur yang kini tengah dijabat oleh dr. Hj. Herawati.
Baca Juga: Jelang Akhir Masa Jabatan, Legislatif Desak Eksekutif Ajukan Pembahasan APBD P
Dimana diakuinya,aksi demonstrasi ini merupakan jalan terakhir, mengingat gejolak yang terjadi sudah tidak dapat dibendung lagi.
Awalnya, pihaknya berharap dapat bertemu dengan pihak Lembaga legislatif guna menyalurkan aspirasi, namun sayangnya tidak bertemu satupun dengan wakil rakyat tersebut.
"Turunkan Herawati dari jabatannya merupakan tuntutan yang tidak bisa ditawar lagi, sikap otoriter yang tidak pada pada tempatnya membuat kami enggan dipimpin olehnya. Kami berpendapat, Herawati sudah tidak pantas seorang pimpinan yang otoriter dan menekan bawahannya. Bahkan terkadang menempatkan sumber daya manusia sesukanya. Kami harap komisi I DPRD BU dapat merespon aspirasi kami ini, tentang adab dan peraturan yang berlaku, semoga aspirasi kami ini bisa didengar oleh wakil rakyat,” katanya.
Sementara itu, menanggapi hal ini Direktur RSUD Arga Makmur dr Herawati, pun mengungkapkan. Bahwa, aksi demo para dokter ini dinilai tidak etis dan tidak pantas, lantaran apa yang dilakukan manajemen RSUD Arga Makmur untuk kebaikan pelayanan RSUD Arga Makmur, dengan menerapkan disiplin dalam memberikan pelayanan.
Terlebih, hal ini juga merupakan arahan dan teguran yang dikeluarkan oleh audit BPK RI, karena disiplin kehadiran yang diterapkan pada para dokter ini menyangkut pengeluaran keuangan negara.
"Pada dasarnya kita merupakan institusi pelayanan yang diamanahkan untuk melayani masyarakat, namun jika SDM nya tidak disiplin tentunya ini akan mengganggu pelayanan maksimal yang kita gaungkan kepada masyarakat untuk Kesehatan. Maka itu, berdasarkan arahan pihak BPK RI kita harus meningkatkan disiplin SDM terutama para dokter. Namun hasilnya, para dokter itu merasa tidak puas dan menggelar aksi demo," ungkapnya.
Hera pun menegaskan lebih jauh, penerapan regulasi disiplin kehadiran yang dilakukan ini agar pelayanan rumah sakit berjalan dengan baik, kemudian masyarakat terlayani dan tidak ada komplain.
Tentunya, dengan diterapkan disiplin kehadiran ini masyarakat terlayani dengan baik.
Sejauh ini, dengan penerapan dan peningkatan disiplin kehadiran yang diterapkan ini ternyata mengundang protes dari para dokter spesialis ini, yang tidak ingin mengubah kebiasaan kehadiran dalam pelayanan seenaknya menjadi kehadiran yang wajib dilaksanakan sesuai dengan aturan.
"Yang pasti, penerapan disiplin kita ini sesuai regulasi yang berlaku, bukan bertindak seperti yang disebutkan yakni arogan atau semena-mena. Melainkan, untuk kepentingan peningkatan pelayanan. Sejauh ini saya lihat, penerapan dan tanggapan terhadap kebijakan kami ini terkesan sentimen pribadi, saya tidak tahu. Wajarlah mungkin tidak nyaman adanya kedisiplinan yang kita jalankan dengan regulasi itu sehingga mereka tidak nyaman. Saya memastikan, akan melakukan penyelesaian, dan upaya kedepannya seperti apa. Pastinya pihak manajemen RSUD akan tetap menjalankan regulasi yang sesuai. Karena, jika regulasinya tidak sesuai dan ingin sesuai dengan keinginan seseorang, itu jelas sangat membahayakan. Meskipun tidak nyaman tetap kita jalankan. Dan kita pastikan pelayanan RSUD akan diupayakan terlayani, kalaupun ada pasien spesialis sementara akan dilakukan rujuk kalau memang belum ada solusinya," pungkasnya. (*)