Pada gilirannya, hal ini berisiko lebih besar mengganggu kesehatan mentalnya. Dugaan tersebut muncul dari sebuah penelitian yang melibatkan 197 siswa dengan umur 14-17 tahun.
Ketua peneliti, Dr Jack Peltz, memberi siswa dan orang tuanya kuisioner soal kebiasaan tidur anak, waktu mulai sekolah, dan apakah anak tipe 'morning person' atau 'evening person'.
Kemudian, para siswa dibagi jadi beberapa kelompok, tergantung jam mulai sekolah mereka sebelum atau sesudah pukul 08.30.
"Selama tujuh hari para siswa mencatat kebiasaan, kualitas, dan durasi tidurnya di buku harian. Lalu, dicatat juga gejala depresi dan kecemasan. Hasilnya, ditemukan anak yang mulai sekolah setelah jam 08.30 gejala depresinya lebih sedikit," ujarnya dikutip dari Daily Mail.
Siswa yang Masuk Sekolah Lebih Siang Memiliki Perkembangan Lebih Baik
Manfaat dari memindahkan waktu masuk sekolah lebih siang dikemukakan dalam studi yang terbit di Frontiers pada 2017. Hal ini berkaitan dengan menyelaraskan pola tidur dan kronotipe remaja.
Peneliti menemukan bahwa setelah terjadi perubahan jam mulai sekolah pada pukul 10.00, tingkat ketidakhadiran karena sakit pada siswa berusia 13-16 tahun berkurang, dan prestasi akademik siswa berusia 14-16 tahun meningkat secara signifikan.
Sementara itu, studi yang dilakukan Yip dan timnya juga menemukan hasil serupa. Dalam hal ini, Yip menganalisis data dari 28 penelitian dan hampir dua juta peserta penelitian, yang kebanyakan siswa sekolah menengah pertama dan atas, serta beberapa anak sekolah dasar.
Tim penelitiannya menemukan bahwa menunda waktu mulai sekolah antara pukul 08.30 dan 09.00 bisa membuat siswa memiliki hasil perkembangan yang lebih baik.
"Secara khusus, kami menemukan bahwa anak-anak tidur lebih lama, dan kami juga menemukan bahwa suasana hati negatif mereka lebih rendah. Indikator kecemasan, gejala depresi, dan hasil suasana hati psikologis negatif lainnya lebih rendah ketika waktu mulainya terlambat," tulis para peneliti.
Sayangnya, Yip dan tim menemukan bahwa tidak ada cukup data yang dikumpulkan mengenai demografi siswa.
Terutama untuk membuat kesimpulan yang tepat tentang bagaimana siswa yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, ras, ukuran sekolah, dan persentase makan siang gratis/berkurang dipengaruhi oleh penundaan waktu mulai sekolah.
Namun Yip mengatakan penelitian menunjukkan bahwa siswa sekolah swasta cenderung mendapat manfaat lebih banyak, jika jam masuk sekolah lebih lambat dibandingkan siswa sekolah negeri.
"Ada semacam anggapan bahwa anak-anak dari latar belakang sosio-ekonomi yang lebih tinggi akan mendapat manfaat lebih besar jika jam mulai sekolah ditunda. Kami memerlukan lebih banyak data untuk mengetahuinya," tuturnya. (*)