RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Saat Ramadan tiba, banyak masyarakat yang ngabuburit sambil mencari takjil jelang waktu berbuka puasa. Sebenarnya apa arti ngabuburit dan dari mana asal usul kata ini?
Ngabuburit identik dikaitkan dengan momen menunggu waktu berbuka puasa. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan saat ngabuburit, termasuk diantaranya kumpul dalam majelis, memperbanyak zikir, membaca Al-Qur'an, atau sekedar berbincang hal positif.
Mengutip buku Ajaibnya Puasa: Fasting is Amazing oleh Ayi Yunus disebutkan ngabuburit sebagai kebiasaan khusus yang hanya ada saat Ramadan.
Kata ngabuburit berasal dari bahasa Sunda burit yang artinya waktu sore menjelang malam. Ngabuburit artinya melakukan aktivitas di sore hari dengan tujuan menunggu waktu buka puasa (azan Magrib).
Baca Juga: Khatamkan Al-Quran Selama Ramadhan, Will Smith Kagum dengan Kisah Nabi Musa
Kebiasaan ngabuburit tidak mengenal usia karena bisa dilakukan oleh anak-anak, orang dewasa sampai kakek dan nenek.
Asal Usul Istilah Ngabuburit Menurut Pakar
Merujuk pada Kamus Bahasa Sunda yang diterbitkan oleh Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS), kata ngabuburit berasal dari kalimat ngalantung ngadagoan burit atau bersantai sambil menunggu waktu sore.
Ketua Lembaga Budaya Sunda (LBS) Universitas Pasundan Hawe Setiawan menjelaskan ngabuburit berasal dari bahasa Sunda dengan kata dasar burit yang artinya berarti sore atau petang.
"Istilah ngabuburit merujuk pada kata kerja, yaitu melakukan kegiatan untuk mengisi waktu seraya menyongsong tibanya sore hari," kata Hawe sebagaimana dilansir dari laman resmi Universitas Pasundan, Rabu (20/3/2024).
Lebih lanjut, Hawe menjelaskan istilah ngabuburit merupakan bentuk keunikan bahasa Sunda. Dalam bahasa Sunda, keterangan waktu (dalam hal ini burit) bisa menjadi kata kerja setelah mendapatkan kata awalan (yaitu nga).
"Bahasa Sunda kosa katanya tidak begitu banyak, tapi variasinya tak terbatas. Maka, keunikan bahasa Sunda terdapat pada keterangan waktu. Orang bisa membuat kata kerja dengan tambahan awal, seperti kata ngabuburit," jelasnya.
Sependapat dengan Hawe, pakar bahasa Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad) Gugun Gunardi juga menjelaskan kata ngabuburit dalam bahasa Sunda berarti ngalantung ngadagoan burit atau bermain sambil menunggu waktu sore.
Terkait asal usulnya, Gugun menjelaskan kata ngabuburit sebenarnya sudah ada sejak zaman Orde Baru (orba) atau saat ulama Buya Hamka menjadi ketua umum pertama Majelis Ulama Indonesia pada 1975.
Menurut Gugun, ulama Buya Hamka mendapat arahan dari Presiden Soeharto untuk mengisi momentum ngabuburit dengan kegiatan keagamaan. Kegiatan inilah yang kemudian menjadi tradisi dan tetap diterapkan hingga saat ini.