RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Di Indonesia, terdapat sebuah tradisi unik mengenai azan yakni azan yang dikumandangkan lebih dari satu muazin sekaligus bahkan sampai tujuh orang. Tradisi ini tersebar di bagian barat hingga timur wilayah Indonesia.
Tumbuhnya tradisi azan di tengah-tengah masjid Tanah Air ini dilatarbelakangi dengan warisan budaya lokal setempat. Berikut ulasan selengkapnya.
Tradisi Azan dengan 7 Muazin Sekaligus
Tradisi azan dengan tujuh muazin salah satunya dilakukan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Cirebon, Jawa Barat. Di masjid ini, azan dikumandangkan oleh tujuh orang sekaligus. Tradisi ini disebut sebagai azan pitu.
Meski dikumandangkan oleh tujuh muazin, lantunan azan terdengar tetap harmonis. Uniknya, tujuh muazin tersebut juga akan mengenakan pakaian khusus, enam di antaranya berjubah hijau dengan serban putih, dan satu berjubah putih dengan serban hitam.
Baca Juga: Apakah Ngupil Membatalkan Puasa? Ini Penjelasannya
Dilansir dari detik.com yang mengutip dari jurnal yang berjudul Revitalisasi "Legenda Azan Pitu" Melalui Siniar: Menyemai Spirit Islami dan Tradisi Volume 13 No 2, Desember 2022 oleh Nurhannah Widianti dan Abdu Zikrillah. Azan pitu pertama kali dilakukan pada 1480 M atau sekitar zaman Sunan Gunung Jati, Syekh Syarif Hidayatullah.
Kemunculan tradisi ini dilatarbelakangi oleh legenda turun menurun yang dituturkan di kalangan masyarakat. Dikisahkan, bermula ketika ada seorang pendekar sakti bernama Menjangan Wulung. Ia tidak suka apabila masyarakat Cirebon mempelajari Islam dan beribadah di Masjid Sang Cipta Rasa.
Akhirnya, Menjangan Wulung pun menyebarkan wabah penyakit yang diberi nama "Beruang Mandi". Kemudian, pada suatu malam ia mengoleskan racun yang dibuatnya itu. Akibatnya, setiap kali azan berkumandang, wabah itu pun menyebar menjangkiti seluruh warga Cirebon termasuk istri Sunan, Nyimas Pakungwati.
Jika warga semakin mendekat ke masjid maka mereka akan merasa pusing, muntah, bahkan meregang nyawa. Masyarakat pun ketakutan dan tak mau beribadah lagi di sana.
Sunan Gunung Jati pun menjadi sedih. Setelah berdoa kepada Allah SWT, Sunan Gunung Jati pun mendapat petunjuk bahwa wabah dapat hilang dengan mengumandangkan azan oleh tujuh orang sekaligus. Sebagai hasilnya, Sunan memerintahkan tujuh orang mengumandangkan azan secara bersamaan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Dengan lantunan azan pitu tersebut membuat Menjangan Wulung pun terpental dan menghilang begitu pun dengan wabah penyakit di tanah Cirebon.
Tradisi Azan dengan 4 Muazin Sekaligus
Ternyata tak hanya di tanah Jawa, tradisi azan yang dikumandangkan lebih dari satu muazin juga ditemukan di Sigi Lamo, Masjid Kesultanan Ternate dan Tidore, Maluku Utara.
Di Masjid Kesultanan Ternate dan Tidore, azan dilantunkan oleh empat muazin sekaligus. Azan empat muazin ini dikumandangkan sebelum salat Jumat, dilakukan secara bersamaan dan tanpa pengeras suara.