Siapa pun bangsa yang mendukung Israel akan diberkati Tuhan, dan siapa yang menentangnya akan dikutuk.
Karena itu, mendukung Israel—secara politik, ekonomi, maupun militer—dianggap sebagai kewajiban iman.
Tafsir ini kemudian mendorong dukungan politik luar negeri Amerika Serikat yang sangat pro-Israel. Tidak jarang, penderitaan rakyat Palestina diabaikan karena dianggap sebagai “kutukan” akibat menentang Israel.
Hal ini sangat paradoks dan ironis, apalagi mengingat protestanisme muncul sebagai gerakan pembebasan dari dogmatisme, namun di sisi lain melahirkan tafsir yang menindas rakyat pribumi Palestina demi melegitimasi politik pengusiran, apartheid, genosida, dan perampasan hak.
Tafsir Kristen Arus Utama
Berbeda dengan itu, Gereja Katolik, Ortodoks, dan banyak denominasi Protestan menolak penggunaan ayat ini sebagai mandat politik. Mereka menekankan bahwa janji dalam Kejadian 12:3 bersifat spiritual, bukan politik.
Dalam Perjanjian Baru, Rasul Paulus menegaskan bahwa janji kepada Abraham digenapi dalam Kristus, dan semua orang beriman disebut “keturunan Abraham”.
Dengan demikian, berkat dan kutuk dalam ayat ini berlaku bagi seluruh umat manusia yang beriman tanpa membedakan etnis atau kebangsaan. Ayat ini seharusnya mendorong solidaritas universal, bukan justifikasi penjajahan atau diskriminasi.
Paus Fransiskus menegaskan bahwa janji Allah kepada Abraham adalah berkat bagi semua bangsa, dan dukungan kepada Israel tidak boleh dijadikan alasan untuk mengabaikan hak rakyat Palestina.
Implikasi Politik
Perbedaan tafsir ini berdampak besar pada politik internasional:
Pertama, kristen Zionis menjadikan ayat ini sebagai dasar teologis dukungan total terhadap Israel, menjelaskan mengapa politisi AS dari kalangan Evangelikal konservatif konsisten mendukung Israel meski dunia internasional mengecam kebijakan pemukiman ilegal dan serangan militer.
Kedua, arus utama menolak penggunaan ayat ini untuk tujuan politik sempit yang melayani kepentingan kolonialisme modern, dan banyak pemimpin gereja menegaskan bahwa keadilan bagi Palestina justru sejalan dengan iman Kristen, karena berkat Allah harus mencakup semua bangsa.
Kritik Akademis
Banyak ahli biblika menekankan bahwa menafsirkan Kejadian 12:3 sebagai dukungan otomatis terhadap Israel modern adalah anakronisme—membaca ayat kuno dalam kerangka politik kontemporer. Israel modern adalah entitas politik abad ke-20, sedangkan janji kepada Abraham bersifat spiritual dan transhistoris.
Memaksakan ayat ini untuk melegitimasi pendudukan atau kebijakan diskriminatif berarti mengabaikan konteks biblis dan nilai universal Alkitab.