"Kebiasaan ini bisa mendukung kesehatan reproduksi perempuan secara menyeluruh," ucapnya.
Berbeda dengan jenis kanker lain, hingga saat ini belum tersedia metode skrining yang benar-benar akurat dan dapat diandalkan untuk mendeteksi kanker ovarium sejak dini.
Meskipun demikian, pemeriksaan seperti transvaginal ultrasound dan tes darah CA-125 dapat menjadi opsi pendukung dalam upaya deteksi dini.
Data dari American Cancer Society dan National Cancer Institute mengungkapkan bahwa mayoritas kasus kanker ovarium baru terdeteksi ketika sudah memasuki stadium lanjut.
Hal tersebut disebabkan oleh gejala awal yang seringkali ringan, tidak spesifik, dan mudah diabaikan, seperti perut kembung, nyeri panggul, atau gangguan pencernaan.
"Perlu edukasi yang terus-menerus dan peningkatan kesadaran untuk mendorong perempuan melakukan deteksi dini, dan segera mencari bantuan medis jika merasakan gejala yang mencurigakan, demi kualitas hidup yang lebih baik," ucap dr. Feddy, Medical Director AstraZeneca Indonesia.
Menurutnya, menjalani perawatan yang terpersonalisasi usai menjalani operasi dan kemoterapi merupakan langkah tepat. Antisipasi terhadap kekambuhan memberikan peluang hidup yang lebih baik bagi pasien.
Dalam mendukung hal tersebut, AstraZeneca Indonesia terus aktif memberikan edukasi kepada publik untuk perawatan yang tepat bagi kondisi pasien kanker ovarium. (jp)