Antara Idealisme dan Realitas dalam Pandangan Islam

Kamis 08 May 2025 - 22:06 WIB

RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - DALAM perjalanan hidup manusia, realitas kerap kali tampil dengan wajah yang beragam, kadang menggoda, kadang menyesakkan, dan tak jarang membingungkan. Ada saatnya juga dalam perjalanan sejarah, realitas itu sesuai dengan nilai-nilai Islam, ada kalanya sebaliknya.

Namun, bagi seorang Muslim, tentu realitas bukanlah kompas penentu arah. Ia bukan pula cermin kebenaran yang wajib dituruti.

Dalam pandangan Islam, realitas adalah lanskap kehidupan yang mesti ditatap dengan jernih, dianalisis dengan akal sehat, dan yang terpenting, ditimbang dengan syariah.

Sebab, realitas sejatinya adalah objek pemikiran fakta yang hadir dalam kehidupan, yang harus direspons dan ditakar dengan neraca syariat.  

Bila realitas tersebut sejalan dengan Islam, maka ia mestinya dipelihara dan diperkuat. Namun, jika ia berseberangan dengan nilai-nilai Islam, maka umat Islam dipanggil untuk melakukan perubahan.

Bukan Islam yang harus tunduk pada realitas, tetapi realitaslah yang harus dibentuk sesuai dengan prinsip Islam.

Dalam sejarah, yang dinamakan perubahan adalah apabila terjadi pergantian antara realitas yang satu dengan realitas yang lain.   

Kita tahu, syariat adalah sumber hukum tertinggi yang menilai seluruh kondisi, bukan sekadar alternatif dalam keragaman sistem hidup.

Islam tidak mengizinkan ajarannya dikooptasi oleh tren zaman atau dibatasi oleh perubahan sosial. Justru Islam hadir untuk menjadi penuntun dalam menghadapi perubahan, bukan korban dari perubahan itu sendiri.

Jika realita zaman sedang gelap, maka Islam hadir merubah untuk meneranginya.

Namun dalam dunia modern yang sarat relativisme dan gemerlap kebebasan berpikir, tidak sedikit yang tergelincir pada pemahaman yang relativisme.

Dimana menjadikan fakta yang terjadi secara masif sebagai legitimasi kewajaran. Jika fenomena yang berulang dan diterima secara luas maka bisa dianggap otomatis layak dibenarkan, diakomodasi, bahkan diformalisasi dalam hukum dan kebijakan.

Padahal, Islam mengajarkan bahwa kebenaran tidak ditentukan oleh realitas, melainkan oleh keteguhannya pada wahyu.

Syahdan, realitas bukanlah sesuatu yang harus dijadikan dalih untuk membenarkan penyimpangan. Sebaliknya, ia adalah ladang ujian yang mesti ditaklukkan dengan iman, pemikiran mendalam, dan perjuangan yang istiqamah.

Ketika realitas bertentangan dengan ajaran Islam, maka tugas umat bukan menyesuaikan diri dengan realitas, melainkan mengubahnya. Islam tidak mengajak umatnya lari dari kenyataan, tetapi menghadapinya untuk mengubah kenyataan menuju kondisi yang diridhai Allah.

Kategori :