Ramadhan Ini Kemenag Melepas 1.000 Dai dan Daiyah ke Berbagai Wilayah Terpencil

Kamis 27 Feb 2025 - 22:25 WIB

RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Kementerian Agama (Kemenag) secara resmi melepas 1.000 dai dan daiyah dari berbagai daerah di Indonesia ke wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal), wilayah khusus, hingga luar negeri. Pelepasan dai tersebut dilaksanakan di Jakarta, Rabu (26/2/2025).

Pelepasan para pendakwah itu ditandai dengan penyerahan bendera merah putih oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Abu Rokhmad kepada perwakilan dai.

Pengiriman dai ke wilayah 3T merupakan program tahunan Kemenag yang dimulai sejak 2022 setiap bulan Ramadhan.

Dalam kesempatan itu, Abu Rokhmad mengapresiasi para pendakwah yang mengabdikan diri selama bulan Ramadhan. Program ini, jelasnya, membantu menyelesaikan masalah sosial, dan budaya di wilayah perbatasan.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Tiga Golongan Menyambut Bulan Ramadhan

“Sebanyal 1.000 orang yang siap terpisah selama sebulan dengan istri maupun suami. Ini  merupakan pengabdian luar biasa,” ujar Abu dalam Upacara Pembekalan dan Pelepasan Dai ke Wilayah 3T, Wilayah Khusus dan Imam Diaspora Indonesia di Luar Negeri Tahun 2025.

Menurut dia, ketika berpisah denganmu keluarga merupakan perjalanan yang penuh dengan tantangan, dengan pahala yang luar biasa. Tahun ini, Kemenag juga memperluas akses layanan keagamaan bagi diaspora Indonesia di luar negeri dengan mengirim lima dai ke Australia, Jerman, dan Selandia Baru.

“Para pendakwah yang ditugaskan di luar negeri merupakan peraih juara MTQ di tingkat nasional,” ucapnya.

Abu juga mengingatkan terkait dokumentasi dan evaluasi dakwah. Setiap dai diminta melaporkan aktivitasnya, mengaktifkan media sosial, serta membuat laporan berbasis data untuk mengukur perubahan di masyarakat.

Selain itu, para dai dapat memiliki kedekatan emosional dengan masyarakat dan keluarga yang mereka bina. “Negara membutuhkan tangan-tangan kreatif dan niat baik para dai. Bantu negara ini dengan mengajak masyarakat bekerja keras sesuai bidangnya,” kata dia.

Sementara itu, Direktur Penerangan Agama Islam Ahmad Zayadi menambahkan, meningkatnya permintaan layanan keagamaan dari diaspora, berpotensi bagi Indonesia untuk menjadi kiblat dalam kajian praktik keislaman. Hal itu sebagaimana permintaan imam dan khatib dari berbagai negara, termasuk Kuwait dan Uni Emirat Arab.

“Layanan keagamaan yang kita berikan bisa dilihat dari  keberadaan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) yang dibangun oleh Indonesia. Kampus tersebut memiliki 70 persen mahasiswa asing dan 30 persen mahasiswa lokal,” ujarnya menambahkan.

Untuk itu, Zayadi berharap, para dai yang diutus dapat memahami pentingnya mengenal audiens (mad’u) secara psikologis dan spiritual. Dikatakannya, dakwah perlu memperhitungkan faktor sosial dan budaya masyarakat.

“Dai tidak hanya bertugas menyampaikan ajaran agama. Akan tetapi juga melakukan analisis sosial agar dakwah lebih efektif,” ucap Zayadi.

Program pengiriman dai ke wilayah 3T, wilayah khusus, dan luar negeri ini digelar atas kerja sama dengan berbagai pihak.  Para pendakwah dijadwalkan akan berangkat pada 27 Februari 2025 dan bertugas hingga akhir Ramadhan mendatang. (net)

Kategori :