Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil
TIDAK peduli anak siapakah engkau, pelajarilah adab. Adab baikmu mencukupimu dari nasab, begitu kata Ali Bin Abi Thalib Radhiallahuanhu. Di bawah ini naskah lengkap khutbah Jumat kali ini;
Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah
Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari pernah menulis sebuah buku berjudul Adabul Alim Wal Muta’allim. Pada mukadimah buku ada sebuah kisah tentang Imam Syafi’i yang ditanya mengenai etika.
“Bagaimana keseriusan anda dalam mempelajari etika?” Imam Syafi’i menjawab, “Ketika aku mendengar satu hal tentang etika, maka seluruh anggota badanku merasakan nikmat atas hal itu.”
Beliau ditanya kembali, “Bagaimana pencarian anda terhadap etika?” Imam Syafi’i mengatakan, “Aku mencari ilmu etika seperti seorang ibu yang mencari anak semata wayangnya yang hilang.”
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa etika adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Dalam bahasa Arab etika sering diistilahkan dengan adab. Mengingat pentingnya kedudukan adab dalam kehidupan setiap insan, banyak para ulama menulis mengenai adab-adab dalam aktifitas seorang muslim.
Mulai bangun tidur sampai kembali tidur, tidak ada yang luput dari ajaran adab yang diajarkan oleh Sayiduna wa Maulana Muhammad ﷺ.
Bagi umat Islam, sumber adab ada dalam dua hal : Al-Quran dan Sunah Nabawiyah. Ada banyak ayat Al-Quran yang mengajarkan adab, di antaranya firman Allah SWT :
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. an-Nahl : 90)
Allah SWT juga berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. al-Ahzab : 21)
Ibrahim al-Harbi berkata, “Sepatutnya bagi setiap orang yang jika mendengar salah satu dari adab ajaran Nabi Muhammad ﷺ, hendaknya ia berpegang teguh dengannya.”
Hadirin yang Dimuliakan Allah SWT
Mengingat pentingnya adab sehingga Rasulullah ﷺ menjadikannya sebagai kado terindah bagi seorang anak dari orang tuanya. Beliau bersabda :
مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ
“Tidak ada suatu pemberian yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama dari pada pemberian budi pekerti yang baik.” (HR. Tirmizi)
Keutamaan adab bisa kita temukan dari keterangan-keterangan yang ditulis oleh Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith.
Pertama, Rasulullah ﷺ menyatakan bahwa diri beliau dididik dengan penekanan adab, langsung oleh Allah SWT :
أَدَّبَنِى رَبِّى فَأَحْسَنَ تَأْدِيْـبِى
“Tuhanku telah mendidikku, maka ia menjadikan pendidikanku menjadi baik.” (HR. Ibnu Hibban)
Sehubungan dengan adab, Sayidina Ali bin Abi Thalib berkata :
كن ابن من شئت واكتسب أدباً، يُغْنِيكَ مَحْمُودُهُ عَنِ النَّسَبِ
إِنَّ الفتى من يقول ها أنا ذا، ليسَ الفَتَى مَنْ يقولُ كان أبي
“Tidak peduli anak siapakah engkau, pelajarilah adab. Adab baikmu mencukupimu dari nasab. Pemuda sejati akan berkata, “Inilah aku!” Bukan pemuda yang berbangga dengan nasab dan berkata, “Inilah ayahku…”
Kedua, meremehkan adab atau etika dalam bertindak dan bertutur kata menyebabkan seseorang jatuh dalam perbuatan tercela.
Abdullah bin Mubarak mengatakan :
من تهاون بالأدب عوقب بحرمان السنن، ومن تهاون بالسنن عوقب بحرمان الفرائض، ومن تهاون بالفرائض عوقب بحرمان المعرفة
“Siapa yang meremehkan adab, akan dihukum dengan terhalang dari melakukan kesunahan. Siapa yang meremehkan sunah, akan dihukum dengan terhalangi dari melakukan yang wajib. Siapa yang meremehkan yang wajib, akan dihukum dengan terhalangi dari mengenal Allah SWT.”
Ma’asyiral Muslimin Jaaah Shalat Jumat Hafidzakumullah
Ketiga, mendahulukan adab lebih diutamakan sebelum mempelajari suatu ilmu. Ilmu tanpa adab mengakibatkan hilangkan berkah darinya.
Dikisahkan oleh Imam Syafi’i bahwa beliau pernah dinasehati oleh gurunya Imam Malik, “Wahai Muhammad, jadikanlah ilmumu seperti garam dan adabmu seperti tepung.”
Tentang keutamaan adab juga, dikisahkan oleh Abdurrahman bin Qasim, “Aku berkhidmat kepada Imam Malik selama dua puluh tahun. Dua tahun aku mempelajari ilmu, sedangkan delapan belas tahun aku mempelajari adab. ungguh aku menyesal, andai saja semua waktu itu aku jadikan untuk mempelajari adab.”
Dari uraian di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kehidupan umat Islam tidak boleh lepas dari tuntunan adab agar bisa menjadi manusia yang beradab. Adab harus kita hadirkan dalam perilaku kita sebagai apa pun.
Sebagai pejabat, masyarakat biasa, pengusaha, guru, calon pemimpin dan lain sebagainya.
Semoga dengan adab yang baik, akan lahir generasi berakhlak mulia yang untuk satu hal ini, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad ﷺ. Jangan abaikan dan remehkan adab. Mari beradab dalam segala situasi dan kondisi. (*)
Kategori :