RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Cuaca panas ekstrem yang melanda Kabupaten Lebong, khususnya di Kecamatan Lebong Tengah, berdampak buruk pada tanaman cabai.
Kondisi panas tinggi ini menyebabkan tanaman cabai mengering dan membusuk, sehingga para petani mengalami kerugian besar.
Tak hanya itu, harga cabai di tingkat petani juga turun drastis, dari Rp 70 ribu per kilogram menjadi Rp 18 ribu per kilogram.
Baca Juga: Akhir Oktober, Desa Danau Liang Belum Pengajuan Tahap II
Hendri (35), salah satu petani cabai di Lebong Tengah, mengungkapkan bahwa tanamannya rusak parah akibat cuaca yang terlalu panas.
Tanaman cabai mengalami kekeringan, pertumbuhan lambat, dan kerusakan pada daun, sementara buah cabai banyak yang rontok dan membusuk.
"Tanah yang kering sepanjang hari membuat tanaman mudah terserang virus antraknosa. Virus ini menyebabkan buah cepat membusuk, daun menjadi keriting, dan diserang ulat. Dari panen, hanya sekitar 15 kilogram yang normal, sementara cabai yang busuk mencapai puluhan kilogram," ujar Hendri kepada Radar Lebong kemarin.
Hendri menambahkan bahwa kondisi cuaca yang tidak menentu antara panas ekstrem dan hujan deras membuat para petani cabai terancam gagal panen.
Untuk menghindari kerugian lebih besar, sebagian petani terpaksa memanen lebih awal, meski harus menerima kenyataan harga cabai yang anjlok hingga Rp 18 ribu per kilogram.
"Cuaca panas ini jelas merugikan kami para petani cabai. Kami berharap pemerintah dapat membantu mengurangi kerugian ini, misalnya dengan mendampingi petani untuk meningkatkan hasil panen cabai agar tetap berhasil," harap Hendri.