Menhub Dudy Nilai Taksi Terbang Belum jadi Solusi Kemacetan di Jakarta

Menhub Dudy Nilai Taksi Terbang Belum jadi Solusi Kemacetan di Jakarta-foto :jpnn.com-
JAKARTA.RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyambut baik kehadiran taksi terbang yang baru-baru ini telah melakukan uji coba di Kabupaten Tangerang, Banten.
Hal itu diungkapkan langsung oleh Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi dalam bincang bersama awak media di Jakarta, Kamis (26/6).
Dia mengatakan kehadiran kendaraan ramah lingkungan tersebut bisa menjadi pilihan transportasi perkotaan. Akan tetapi, taksi terbang itu belum bisa menjadi solusi utama atasi kemacetan di kota-kota besar seperti Jakarta. "Kalau saya lihat ini, kan, transportasi yang sifatnya belum masif, ya. Ini adalah salah satu pilihan, salah satu pilihan transportasi," kata Menhub Dudy.
Dia menyebut harga layanan taksi terbang saat ini masih tinggi, sehingga belum bisa dikategorikan sebagai moda transportasi massal yang terjangkau bagi masyarakat umum di seluruh lapisan.
BACA JUGA:DLI Buka Program Dual-Degree Internasional TI dan Bisnis
"Jadi, kalau mau dikatakan sebagai solusi ya, mungkin tidak sepenuhnya. Tapi ini lebih kepada pilihan karena juga kalau saya lihat sekarang harganya masih relatif, masih mahal," tuturnya. Dia menilai kehadiran taksi terbang lebih tepat sebagai alternatif tambahan, bukan pengganti moda transportasi yang sudah ada seperti bus, KRL, MRT maupun LRT di wilayah urban.
"Jadi, buat saya ini belum merupakan pilihan untuk menyelesaikan masalah transportasi yang ada di Jakarta karena ini lebih ke pada transportasi dalam kota, kalau saya tangkap," bebernya.
Dia menyebutkan saat ini baru satu operator taksi terbang yang berasal dari perusahaan EHang asal China yang masuk ke Indonesia. "Kami terbuka kepada pihak-pihak yang ingin membantu pemerintah dalam mengatasi atau memberikan pilihan kepada masyarakat untuk transportasi," bebernya.
Lebih lanjut, dia mengatakan infrastruktur pendukung seperti lokasi lepas landas dan pendaratan dinilai sudah tersedia di gedung-gedung perkantoran serta pusat perbelanjaan, serupa dengan penggunaan helikopter pribadi. Taksi terbang dinilai lebih minim gangguan dibanding helikopter, karena memiliki dimensi baling-baling yang lebih kecil dan tidak memerlukan ruang luas untuk lepas landas dan mendarat.
"Jadi, kemajuan teknologi kami harus terus mengantisipasi tentunya ya sehingga kami tidak terlambat dalam menyikapi adanya teknologi-teknologi baru yang dirasakan bermanfaat buat masyarakat," tambah Menhub.
Sebelumnya, taksi terbang EHang 216-s melakukan uji coba terbang di Phantom Ground Park PIK 2, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (25/6).
Uji coba dilakukan setelah mengantongi izin dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk melakukan uji coba (demo flight) dengan membawa penumpang di dalam kabin.
“Agendanya kami uji terus untuk terbang, supaya ini bisa jadi moda pariwisata bisa, transportasi masa depan bisa, yang mana kita sudah bawa ke Indonesia supaya tidak tertinggal dengan luar negeri,” ujar Rudy Salim, Executive Chairman Prestige Aviation, perusahaan yang memboyong EHang 216-s.