Nokia dan BlackBerry Tumbang karena Terjebak di Zona Nyaman

Nokia dan BlackBerry Tumbang karena Terjebak di Zona Nyaman--Tekhno Skrip
RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Dua raksasa industri telepon seluler dunia, Nokia dan BlackBerry, pernah mendominasi pasar global.
Namun, keduanya kini tak lagi menjadi pemain utama.
Penyebabnya bukan sekadar kalah bersaing dengan Android, melainkan kegagalan dalam membaca perubahan zaman dan terlalu lama bertahan di zona nyaman mereka masing-masing.
Nokia, yang berawal dari pabrik kertas di Finlandia tahun 1865, menjelma menjadi pelopor teknologi komunikasi.
BACA JUGA:Evercoss, Brand Lokal yang Pernah Menyaingi Samsung
Pada 1991, mereka melakukan panggilan GSM pertama di dunia, dan puncaknya terjadi pada awal 2000-an saat menguasai lebih dari 40% pasar ponsel global.
Namun, ketika Apple meluncurkan iPhone pada 2007, Nokia menyepelekan perubahan yang dibawa oleh teknologi layar sentuh dan ekosistem aplikasi digital.
Keputusan mengganti sistem operasi Symbian dengan Windows Phone juga gagal menarik minat pasar.
Sementara itu, BlackBerry, yang bermula dari perusahaan teknologi nirkabel di Kanada, menjadi simbol prestise dan profesionalisme dengan fitur unggulannya, BBM dan push email.
BACA JUGA:Makin Canggih! DJI Mavic 4 Pro Usung Kamera Triple Lens dan Remote
Ponsel ini sangat populer di kalangan pebisnis dan anak muda di era 2000-an.
Namun, BlackBerry terlambat beradaptasi dengan perubahan tren pasar dan tetap mempertahankan desain keyboard fisik, bahkan ketika konsumen beralih ke smartphone berlayar penuh dan aplikasi lintas platform.
Kini, kedua merek tersebut telah berubah haluan. Nokia fokus pada infrastruktur jaringan dan teknologi 5G, bersaing dengan raksasa seperti Huawei dan Ericsson.
Sementara BlackBerry bertransformasi menjadi perusahaan perangkat lunak keamanan siber dan sistem otomotif.