Tiga Algoritma Marketplace yang Wajib Dikuasai Seller di 2025

Tiga Algoritma Marketplace yang Wajib Dikuasai Seller di 2025--Rio Gandhi
RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Di tengah persaingan ketat bisnis online, strategi iklan konvensional seperti promosi harian, live streaming rutin, dan produksi video konten setiap hari dinilai mulai kehilangan efektivitas.
Banyak pelaku usaha mengeluhkan turunnya efektivitas iklan yang dijalankan, bahkan ketika anggaran yang dikeluarkan terus meningkat.
Sebagian di antaranya mengaku omzet naik, namun profit justru menurun akibat tingginya biaya promosi.
Situasi ini memunculkan kebutuhan mendesak untuk memahami sistem kerja algoritma di platform marketplace, khususnya dalam tiga aspek utama: produk, live, dan video.
BACA JUGA:Tokopedia Mulai 'Tenggelam' di Bawah Kendali TikTok
Setiap aspek memiliki kelebihan dan kekurangan. Misalnya, unggul di algoritma produk memungkinkan toko tetap beroperasi meski tidak aktif setiap hari.
Namun, kelemahannya adalah pemantauan performa produk yang memerlukan perhatian konstan.
Sementara itu, algoritma live dan video bisa menciptakan arus trafik yang stabil, tetapi menuntut kreativitas dan konsistensi tinggi.
Menghadapi dinamika tersebut, strategi pemasaran yang disesuaikan dengan momentum seperti Ramadan atau Lebaran bisa mendongkrak performa toko secara signifikan.
BACA JUGA: Cara Download Game Offline Block Blast, Mengasah Otak yang Ringan di Android
Contohnya, sebuah toko di sektor fesyen berhasil meraih omzet Rp1,1 miliar pada Maret 2025, dengan peningkatan 94% dibandingkan bulan sebelumnya.
Strategi yang diterapkan mencakup kombinasi produk penarik trafik, produk utama bermargin besar, dan produk pengikat pelanggan untuk repeat order.
Selain itu, teknik pemasaran kreatif seperti “brand hijacking”—menggunakan judul dan deskripsi produk yang menyerupai brand besar tanpa menjiplak—dianggap cukup efektif menarik minat pembeli.
Pendekatan ini disarankan dilakukan secara etis, tanpa menyesatkan konsumen. Visualisasi produk dengan sentuhan personal (human touch photo) juga disoroti sebagai salah satu cara meningkatkan kepercayaan konsumen dan memperjelas ukuran atau fungsi produk.