Sempat jadi Aplikasi Chatting Favorit, LINE Hancur Karena Fiturnya Sendiri?

Sempat jadi Aplikasi Chatting Favorit, LINE Hancur Karena Fiturnya Sendiri--Nongskuy
RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Aplikasi pesan instan LINE, yang pernah merajai pasar komunikasi digital Indonesia pada awal 2010-an, kini nyaris tak terdengar gaungnya.
Meski pernah mencapai lebih dari 30 juta pengguna aktif di Indonesia pada 2013, popularitasnya terus menurun sejak 2016 akibat gagal menyesuaikan diri dengan kebutuhan pengguna.
LINE pertama kali diluncurkan pada 2011 di Jepang sebagai solusi komunikasi pasca bencana gempa dan tsunami.
Aplikasi ini sukses berkat kemudahan komunikasi berbasis internet dan fitur-fitur seperti stiker lucu, video call, serta game yang terintegrasi.
BACA JUGA:Geger! OnePlus 13T Diklaim Lebih Kencang dan Murah dari Poco F7 Ultra
Di Indonesia, LINE hadir pada 2012 dan dengan cepat merebut hati pengguna muda yang kala itu mulai meninggalkan BlackBerry Messenger (BBM).
Namun, seiring waktu, keunggulan LINE justru menjadi kelemahan.
Ketika pengguna menginginkan aplikasi ringan, cepat, dan fokus pada komunikasi, LINE justru menambah fitur seperti dompet digital dan e-commerce.
Sementara itu, WhatsApp dan Telegram hadir dengan pendekatan yang lebih sederhana namun efisien.
BACA JUGA:Galaxy Book 4 Pro, Laptop Dengan Teknologi Layar Sentuh
Pengguna mulai beralih karena kemudahan dalam mengirim pesan, melakukan panggilan, serta berbagi file tanpa gangguan dari fitur-fitur lain yang tidak relevan.
Hingga 2025, LINE memang masih bertahan, tetapi tak lagi menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia.
Aplikasi ini kini hanya digunakan oleh sebagian kecil pengguna yang loyal terhadap stiker dan game khas LINE.
Kejatuhan LINE menjadi contoh nyata bagaimana pentingnya perusahaan teknologi untuk terus beradaptasi dengan perubahan perilaku pengguna dan dinamika pasar digital.