Microsoft Hentikan Operasi Perusahaan Patungan di China, 2.000 Karyawan Terancam PHK

Microsoft Hentikan Operasi Perusahaan Patungan di China, 2.000 Karyawan Terancam PHK--CNBC Indonesia
Beijing, RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Kabar mengejutkan datang dari raksasa teknologi asal Amerika Serikat, Microsoft.
Perusahaan multinasional tersebut dilaporkan akan menghentikan seluruh operasi perusahaan patungannya di China mulai Selasa, 8 April 2025, waktu setempat.
Informasi ini pertama kali diungkapkan oleh media China, Caijing, yang mengutip sumber internal perusahaan.
Langkah drastis ini diperkirakan akan berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 2.000 karyawan yang bekerja di perusahaan patungan tersebut.
BACA JUGA:Mendadak! Trump Tunda Kenaikan Tarif Impor, 'Ditulis dari Hati'
Keputusan untuk mengakhiri operasional perusahaan patungan ini sejalan dengan langkah Microsoft sebelumnya yang telah menghentikan layanan purna jual yang selama ini dialihdayakan ke entitas Microsoft di China.
Hal ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai bagaimana Microsoft akan terus melayani jutaan pengguna produk Windows dan Office yang berbasis di Negeri Tirai Bambu.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Microsoft belum memberikan pernyataan resmi terkait kabar penutupan perusahaan patungannya di China.
Namun, laporan dari Caijing secara eksplisit menyebutkan bahwa penutupan ini akan secara langsung mempengaruhi tim outsourcing Microsoft di China yang berjumlah sekitar 2.000 orang.
BACA JUGA:Ancaman Tarif 104%, Tiongkok Beri Sinyal Perlawanan Sengit Kepada AS
Langkah Microsoft ini menambah panjang daftar tantangan yang dihadapi perusahaan-perusahaan teknologi AS di pasar China.
Meningkatnya ketegangan politik dan perdagangan antara Washington dan Beijing disinyalir menjadi salah satu faktor pendorong keputusan ini.
Selain itu, Microsoft juga menghadapi persaingan yang semakin ketat dari perusahaan teknologi lokal China, seperti Kingsoft, yang menawarkan produk serupa dengan harga yang lebih kompetitif.
Kondisi pasar yang semakin sulit dan tidak pasti diduga kuat menjadi pertimbangan utama bagi Microsoft untuk mengambil keputusan berat ini.