Banyak Honorer Teknis dan GTT Diabaikan Pemda, Bagaimana Non-ASN Bisa Tuntas
Ketum Forum Tenaga Kependidikan Solidaritas Nasional Wiyatabakti Indonesia (Tendik SNWI) Renny (ketiga dari kiri) saat bertemu MenPAN-RB Rini Widyantini. -foto: net-
JAKARTA.RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Masih banyak honorer teknis dan guru tidak tetap (GTT) diabaikan pemda. Padahal, ini tahun terakhir penuntasan masalah non-ASN.
Ketum Forum Tenaga Kependidikan Solidaritas Nasional Wiyatabakti Indonesia (Tendik SNWI) Renny mengaku banyak menerima keluhan tenaga teknis di daerah.
Intinya pemda tidak peduli dan mengabaikan hak-hak honorer teknis. Dia mencontohkan di Kalimantan Barat. Para honorernya diganti surat perjanjian kontrak (SPK) sekolah dan Dinas Pendidikan.
"Jadi, intinya Diknas provinsi itu lepas tangan dan tidak mau lagi menanggung pembayaran honorer, baik itu pegawai tidak tetap (PTT) dan guru tidak tetap (GTT)," terang Renny kepada JPNN, Selasa (28/1).
Dia menyesalkan pemda mengabaikan pengabdian honorer yang sudah belasan hingga puluhan tahun mengabdi. Honorer yang masa pengabdiannya malah makin tidak dianggap dan diprioritaskan dalam pengangkatan PPPK 2024.
"Teman-teman bilang ada info bahwa honorer se-Kalbar mau dihabiskan. Nah, frasa dihabiskan ini apakah akan diangkat menjadi ASN PPPK atau diberhentikan," ucapnya.
Jika dihabiskan lewat jalur PPPK, lanjut Renny, formasinya saja minim. Tidak hanya di Kalbar, tetapi hampir merata.
Formasi PPPK 2024 yang dibuka tidak sesuai dengan ijazah honorer alias tidak linier.
Misalnya, Sarjana Pertanian bekerja di sekolah sebagai operator Dapodik sekolah.
SK sekolah disebut tenaga administrasi sekolah. Begitu mau mendaftar PPPK 2024, dapodiknya itu tenaga teknis khusus, tetapi di formasi PPPK tidak ada, akhirnya tidak ikut daftar.
"Jadi, seharusnya Diknas dan BKD Provinsi Kalbar harus membuka formasi untuk ijazah S1 yang tidak linier. Tidak seperti sekarang, teman-teman honorer merasa dimatikan pelan-pelan oleh pemda," tuturnya.
Honorer tendik pun dianggap sebelah mata, padahal mereka yang membantu kerja kepala sekolah dan guru. Mereka mengerjakan tugas administrasi sekolah, tetapi dianggap biasa saja oleh para guru ASN.
"Banyak curahan hati teman-teman tendik. Tugasnya berat, tetapi apresiasi pemerintah masih minim karena masih fokus pada guru dan tenaga kesehatan. Bagaimana honorer bisa tuntas," pungkas Renny. (jp)