Khutbah Jumat: Makna Kemerdekaan Bagi Kaum Beriman
Tugas kita mengisi dan mewarnai kemerdekaan dengan amal-amal baik, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, itulah tugas orang beriman, inilah petikan khutbah Jumat.-Foto: net-
RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Hari kemerdekaan yang diperingati setiap tanggal 17 Agustus harus menjadi ajang untuk mensyukuri nikmat Allah SWT. Inilah tugas orang beriman mengisi kemerdaan. Inilah naskah lengkap khutbah Jumat kali ini;
Jamaah Shalat Jumat Hafidzakumullah
Hari kemerdekaan yang selalu kita peringati setiap tanggal 17 Agustus menjadi ajang untuk mensyukuri nikmat Allah SWT. Bagaimana tidak, di saat bangsa Palestina masih berjuang memerdekakan diri dari penjajahan Zionis Israel, di kala etnis Rohingya belum bisa sepenuhnya bebas menjalani kehidupan, kita sudah puluhan tahun mendapatkan anugerah berupa kemerdekaan.
Terhitung sejak 17 Agustus 1945. Nikmat mana lagi yang kita dustakan?
Tugas kita sekarang adalah bagaimana kita mengisi dan mewarnai kemerdekaan dengan amal-amal baik, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita rawat dan pertahankan kemerdekaan dengan menyemai kesalehan di tiap ucapan dan perbuatan.
Karena itu, mengisi kemerdekaan bisa dilakukan dengan menjauhi segala praktik keburukan dan berhati-hati dalam mengikuti ajakan hawa nafsu. Jauh-jauh hari Rasulullah ﷺ telah memberikan peringatan kepada kita :
لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَواهُ تَبَعَاً لِمَا جِئْتُ بِهِ
”Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mau mengikuti apa yang aku bawa.” (HR. Baihaqi)
Hadits ini bisa kita angkat untuk mengisi kemerdekaan. Sebab tidak sedikit orang-orang yang mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang bertentangan 180 derajat dari tujuan perjuangan kemerdekaan.
Pertama, jangan biarkan diri kita dikuasai hawa nafsu yang menyeret kepada perbuatan dosa dan maksiat. Kita harus mampu menjaga diri dari perbuatan dosa. Kita harus mampu menjaga diri untuk tidak terus-menerus melakukan maksiat, lebih-lebih dalam memperingati hari kemerdekaan.
Kalau kita masih senang berbuat dosa, kita masih gemar berbuat maksiat, artinya kita masih dijajah. Kita belum merdeka sepenuhnya. Kita masih dijajah oleh hawa nafsu. Allah SWT berfirman :
اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُ
“Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya.” (QS. al-Furqan : 43)
Rasulullah ﷺ bersabda : “Mujahid adalah orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) melawan hawa nafsunya, sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsu serta berangan-angan kepada Allah.”
Beliau ﷺ juga bersabda, “Seburuk-buruk hamba adalah hamba hawa nafsu yang menyesatkannya, dan seburuk-buruknya hamba adalah hamba ketamakan yang mengendalikannya.”
Kaum Muslimin
Kedua, jangan malu dan malas untuk selalu bertobat. Orang yang bertobat adalah seorang pejuang karena ia tengah berjuang meraih ampunan Tuhannya, yaitu Allah SWT yang Maha Menerima Tobat hamba-Nya.
Orang yang betul-betul merdeka tidak ingin takluk oleh kendali hawa nafsu. Orang yang merdeka akan lebih memilih untuk membebaskan diri dari perbudakan hawa nafsu dengan senantiasa memohon ampunan kepada Allah SWT.
Ketahuilah, sebesar apa pun dosa yang pernah kita kerjakan, maka ampunan dan pemaafan Allah jauh lebih luas, lebih agung, dan lebih besar. Dosa itu teramat kecil jika dibandingkan dengan besarnya ampunan Allah.
Diriwayatkan, ada seorang laki-laki datang kepada Nabi ﷺ dan dia berkata, “Aduhai dosa.” Dia ucapkan dua atau tiga kali.
Nabi bersabda kepadanya, “Katakanlah,
اللّهُمَّ مَغْفِرَتُكَ أَوْسَعُ مِنْ ذُنُوْبِيْ، وَرَحْمَتُكَ أَرْجَى عِنْدِيْ مِنْ عَمَلِيْ
“Ya Allah ampunan-Mu lebih luas daripada dosaku, dan rahmat-Mu lebih saya harapkan daripada amalku.”
Maka dia pun mengatakannya. Kemudian Nabi berkata kepadanya, “Ulangi lagi.” Maka dia mengulanginya. kemudian Nabi berkata kepadanya, ulangi lagi, dia pun mengulanginya. “Berdirilah, Allah telah mengampunimu,” kata Nabi kepadanya.” (HR. al-Hakim)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ketiga, milikilah sifat qona’ah. Apa qona’ah itu? Qona’ah adalah merasa cukup dengan apa yang Allah berikan kepada seseorang. Selama kita merasa cukup, kita sudah merdeka. Tapi jika kita masih terus merasa kurang, sudah kaya masih merasa kurang, milik orang lain ingin kita miliki, melihat orang bahagia kita susah, melihat orang susah kita bahagia, maka kita masih terjajah oleh hawa nafsu dan itu berarti kita belum sepenuhnya menjadi orang yang merdeka.
Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki mengatakan, “Sikap qona’ah bukan sikap yang mematikan etos kerja seseorang, tidak mau berusaha di dunia, dan tidak mau menjalani proses. Bukan sama sekali seperti itu. Sikap qona’ah justru melindungi diri kita dari mencari harta dunia sampai lupa akan akhirat. Sikap qona’ah menjadi perisai diri dari mengagungkan dunia sampai menyita waktu hingga meninggalkan kewajiban.”
Hamid al-Lafaf berkata, “Siapa yang mencari kekayaan dengan sikap qona’ah, maka dia telah menemukan jalan yang benar. Siapa yang mencari harta dengan tujuan mengumpulkannya atau tidak cukup dengan yang ada, maka dia telah mendapatkan jalan yang salah.”
Hadirin yang Dimuliakan Allah
Mari kita isi kemerdekaan dengan nilai-nilai religius. Mari kita sambut hari kemerdekaan dengan melanjutkan perjuangan para pendahulu kita dengan menghindari perbuatan dosa serta maksiat, perbanyak memohon ampun kepada Allah, dan menyikapi gemerlap kehidupan dunia yang menyilaukan dengan sikap qona’ah.
Insya Allah dengan ketiga sikap di atas, nikmat kemerdekaan ini menjadi berkah dan langgeng sampai hari akhir kelak. (Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil)