RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - SEMASA Baginda Nabi Muhammad ﷺ, sahabat yang mampu membaca dan menulis dengan baik mendapatkan posisi yang terhormat di sisi Rasulullah ﷺ. Di bawah ini naskah lengkap khutbah Jumat kali ini;
Hadirin Jamaah shalat Jumat yang Dimuliakan Allah
Di Tanah Air ada peringatan Hari Buku Nasional setiap tanggal 17 Mei yang dimaksudkan untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Di dalam ajaran Islam sendiri, wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad ﷺ adalah perintah membaca.
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. al-A’laq : 1-5)
Baca Juga: Kerasukan Roh Orang Meninggal, Bisakah?
Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab iqra’ diambil dari kata yang berarti menghimpun segala sesuatu yang dapat dijangkaunya. Iqra’ bisa berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri, yang tertulis atau tidak tertulis.
Hadirin Jamaah shalat Jumat yang Dimuliakan Allah
Jika kita membaca kembali perjalanan dakwah Rasulullah ﷺ, kita jumpai sikap beliau tentang pentingnya baca tulis dalam kehidupan umat Islam. Peristiwa pembebasan tawanan Perang Badar bisa kita jadikan sebagai acuan.
Beliau memerintahkan kepada tiap tawanan yang ingin dibebaskan untuk mengajarkan membaca dan menulis kepada sepuluh orang! Padahal di kala itu, kaum muslimin sangat membutuhkan materi untuk menunjang kehidupan sehari-hari mereka.
Bisa saja tawanan-tawanan itu ditukar dengan sejumlah uang atau melakukan penukaran tawanan kaum muslimin yang ada di pihak musuh.
Namun, lihatlah bagaimana pemikiran Rasulullah ﷺ yang jauh ke depan. Beliau ﷺ memiliki pandangan bahwa tidak mungkin umat memperoleh kemajuan dan membangun peradaban gemilang jika dalam keadaan buta huruf serta tidak bisa membaca.
Maka beliau kemudian memutuskan untuk menukar kebebasan sejumlah tawanan dengan cara mengajarkan baca tulis.
Dalam catatan sejarah disebutkan sahabat yang mampu membaca dan menulis dengan baik mendapatkan posisi yang terhormat di sisi Rasulullah ﷺ. Bisa kita lihat dari sosok sahabat bernama Zaid bin Tsabit RA. Karena kemampuan yang mumpuni dalam membaca dan menulis ia selalu membersamai Rasul ﷺ. Zaid bin Tsabit diberi tugas oleh beliau untuk menulis wahyu dan menulis surat-surat serta menerjemahkan bahasa Suryani dan Ibrani di hadapan beliau ﷺ.
Kaum Muslimin Hafidzakumullah
Dengan sikap seperti ini, beliau telah menanamkan rasa cinta dan minat membaca di hati umat Islam. Setelah kemangkatan beliau, minat baca ini menjelma menjadi perpustakaan raksasa yang manfaatnya dirasakan, tidak saja oleh umat Islam, tapi juga oleh seluruh lapisan masyarakat dunia kala itu. Ada perpustakaan Baghdad, Cordoba, Sevilla, Granada, Cairo, Damaskus, Tripoli, Madinah, al-Quds, dan masih banyak lainnya.
Inilah buah dari perintah iqra’ . Sejarah indah nan memukau di masa silam. Lalu bagaimana dengan keadaan minat baca hari ini, khususnya bagi umat Islam di Indonesia?
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2023 sebanyak 278,69 juta jiwa. Namun sangat disayangkan, hal ini berbanding terbalik dengan jumlah minat bacanya.
Dilansir dari data UNESCO, hanya 0,001% masyarakat Indonesia yng memiliki minat baca. Hal itu berarti, dari 1000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang suka dan aktif membaca.
Selain itu, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Program of International Student Assessment (PISA) pada tahun 2019, minat baca Indonesia menempati peringkat ke-62 dari 70 negara.
Dengan kata lain, Indonesia masuk dalam bagian 10 negara yang memiliki tingkat literasi terendah di antara negara-negara yang disurvei.
Hadirin Jamaah shalat Jumat yang Dimuliakan Allah
Ada sekian manfaat dari aktivitas membaca yang perlu kita biasakan. Pertama, membaca berarti mengenali seluk beluk pemikiran orang lain yang bermanfaat, menyelami pengalaman-pengalaman mereka yang berguna, memilah ide serta gagasan yang baik yang bisa dan layak disampaikan kepada khalayak.
Imam Nawawi menyebutkan dalam mukadimah Kitab Majmu’ mengenai Syaikh Abu Ishaq As-Syirazi, bahwa beliau berkata: “Dulu, aku mengulangi setiap pelajaran sebanyak seratus kali. Jika di dalamnya terdapat satu bait syair yang dijadikan dalil, maka aku akan hafalkan seluruh kasidah syairnya, karena adanya bait tersebut di dalamnya.”
Kedua, membaca membuat kita bisa lebih dewasa dan rasional dalam menghadapi suatu persoalan dalam kehidupan. Tidak gegabah dan mudah memutuskan suatu perkara tanpa ada dasarnya.
Syaikh Abdullah bin Abdurahman Balhaj Bafadhal, penyusun kitab Al-Mukhtashar mengulang-ulang setiap pelajaran dua puluh kali, dan membaca perlahan untuk melekatkan pelajaran itu dalam pikirannya sebanyak lima kali.
Sementara itu, Syaikh Ahmad bin Musa bin ‘Ujail al-Yamani telah membaca kitab Risalah karya Imam Syafi’i sebanyak lima ratus kali.
Disebut pula bahwa Syaikh Fadhl bin Abdullah Bafadhal telah membaca Shahih Bukhari seribu kali. Demikian pula, salah satu ulama India ketika ia menghafalkan Alquran, ia mengulangi setiap Maqra’ sebanyak seribu kali.
Ketiga, memiliki minat literasi yang baik akan memperkaya kemampuan bahasa dan wawasan kita sehingga kita bisa melakukan komunikasi dengan santun, mampu pula menyampaikan dengan baik. Orang yang haus akan bacaan tidak akan mudah mengucapkan kata-kata yang tidak baik, apalagi mengvonis mereka yang berbeda pandangan dan sikap.
Habib Ahmad bin Hasan Alathas mengisahkan, “Dulu, guru kami Sayyid Ahmad Dahlan mengulangi setiap pelajaran enam belas kali, dan membaca perlahan untuk melekatkan pelajaran itu dalam pikirannya sebanyak empat kali.”
Manfaat keempat, sebagai pengisi waktu dengan hal yang bermanfaat. Saat kita berada di bus, kereta api, pesawat, dan kondisi lainnya, bisa kita manfaatkan dengan membaca daripada waktu berlalu begitu saja tanpa ada faedah.
Semoga dengan adanya Hari Buku Nasional, diharapkan bisa meningkatkan minat baca dan literasi untuk menunjang kualitas kehidupan umat Islam dan bangsa Indonesia. (Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil)