Kandidat yang paling mungkin untuk Lailatul Qadar adalah malam ke-27 Ramadhan. Hal ini ditunjukkan oleh pernyataan Ubay bin Ka`ab:
“Aku bersumpah demi Allah bahwa aku tahu malam apa itu. Itu adalah malam di mana Rasulullah saw. memerintahkan kita untuk beribadah. Itu adalah malam pada malam tanggal 27 Ramadhan. Tandanya adalah matahari akan terbit pada pagi hari itu dalam keadaan putih tanpa memancarkan sinarnya.” (H.R. Muslim).
Seorang Muslim perlu berusaha mencari malam yang istimewa ini dengan menghabiskan sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dengan melakukan berbagai ibadah. Termasuk di antaranya adalah berdzikir, membaca Al-Quran, dan memohon ampunan Allah.
Ketika Nabi bersabda: “Carilah pada sepuluh malam terakhir”, beliau tidak bermaksud bahwa kita harus secara harfiah “mencari” tanda-tanda dan indikasi yang membedakan Lailatul Qadar dengan malam-malam lainnya. Hal-hal yang membedakan malam ini dengan malam-malam lainnya adalah bagian dari yang gaib.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Quran) pada suatu malam yang diberkahi. Sesungguhnya Kami hendak memberi peringatan pada malam itu, dan pada malam itu dijelaskan segala sesuatu yang ghaib.” (Ad-Dukhan: 3-4)
Allah berfirman dalam Al-Quran:
“Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turunlah para malaikat dan Ruh dengan seizin Tuhannya dengan membawa berbagai macam ketetapan. (Malam itu) adalah malam yang penuh ketenangan sampai terbit fajar.” (Al-Qadr: 3-5)
Ini adalah cara-cara yang membuat Lailatul Qadar menjadi istimewa. Semua itu bukanlah sesuatu yang dapat kita lihat dengan mata kepala. Tidak ada seorang pun setelah Nabi yang dapat melihat para malaikat.
I’tikaf
Melakukan I’tikaf di masjid adalah hal terbaik yang dapat kita lakukan selama sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Aisyah memberitahu kita:
Nabi biasa berdiam diri di masjid selama sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan hingga beliau wafat. Istri-istrinya terus melakukan kebiasaan ini setelah beliau wafat. (HR. Bukhari dan Muslim)
Praktik i’tikaf adalah tindakan yang sangat dianjurkan. I’tikaf didefinisikan sebagai berdiam diri di dalam masjid dengan tujuan untuk beribadah.
Tujuan dari i’tikaf adalah untuk mencurahkan hati seseorang secara eksklusif kepada Allah. Dan orang yang melakukan i’tikaf menjaga niat ini dalam pikirannya dan mencari berkah Allah. Dia tidak boleh melupakan alasan mengapa dia melakukan i’tikaf ini.
Orang yang melakukan i’tikaf tidak boleh keluar dari masjid kecuali untuk hal-hal yang sangat penting (seperti ke kamar mandi).
Selama berada di masjid, ia harus menyibukkan diri dengan mengingat Allah. Dia harus memastikan untuk melakukan zikir pagi dan petang dan zikir yang disyariatkan untuk shalat lima waktu. Dia harus melakukan semua salat sunnah. Dia harus membaca Al-Quran sebanyak yang dia bisa.