RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Malam Lailatul Qadar terjadi pada 10 malam terakhir bulan Ramadan. Malam itu memiliki arti yang istimewa bagi umat Muslim dan memiliki kebaikan setara dengan seribu bulan.
Hal tersebut sebagaimana di jelaskan dalam surat Al-Qadr ayat 1-3:
اِنَّاۤ اَنۡزَلۡنٰهُ فِىۡ لَيۡلَةِ الۡقَدۡرِۖ ۚ ١وَمَاۤ اَدۡرٰٮكَ مَا لَيۡلَةُ الۡقَدۡرِؕ ٢لَيۡلَةُ الۡقَدۡرِ ۙ خَيۡرٌ مِّنۡ اَلۡفِ شَهۡرٍؕ ٣
Artinya: Sesungguhnya, Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.
Pada 10 malam terakhir Ramadan, umat Muslim juga dianjurkan untuk memperbanyak ibadah malam.
Baca Juga: ART Dukung Kejagung Membongkar Megakorupsi di PT Timah
Mengutip buku Strategi Jitu Meraih Lailatul Qadar oleh Candra Nila Murti Dewojati, meningkatkan dan lebih fokus dalam beribadah juga dilakukan Rasulullah SAW, seperti yang disebutkan oleh Aisyah RA sebagai berikut:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: - كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Artinya: Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, "Rasulullah SAW biasa ketika memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah." Muttafaqun 'alaih. (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174).
Kisah Rasulullah saat Malam Lailatul Qadar
Melansir laman resmi Nahdatul Ulama dilansir dari detik.com, diceritakan saat itu Rasulullah SAW sedang melaksanakan iktikaf semalaman selama hari-hari terakhir Ramadan. Banyak sahabat yang mengikuti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Ketika Rasulullah SAW mengangkat tangan seraya berdoa, para sahabat turut mengamini doa-doa yang dipanjatkan Rasulullah. Dalam sebuah riwayat menyebutkan kejadian itu terjadi pada malam 27 Ramadan.
Kala itu langit tampak mendung dan tidak terlihat bintang. Tubuh Rasulullah SAW dan para sahabat tertiup oleh angin.
Secara tiba-tiba hujan turun dengan deras saat para sahabat dan Rasulullah tengah sujud. Mengingat masjid yang mereka gunakan tidak ada atapnya, masjid itu pun tergenang oleh air.
Kondisi yang seperti ini membuat salah seorang sahabat memiliki niat untuk membatalkan salatnya dan berteduh. Namun, saat melihat Rasulullah dan sahabat lainnya tetap khusyuk melaksanakan salat, ia pun mengurungkan niatnya itu.