Hati Istri

Sabtu 01 Nov 2025 - 22:26 WIB

Keluarga ini mendengarkan dengan baik. Saya pun terus diminta menjelaskan apa itu transplant. Juga pengalaman saya menjalaninya.

Sang ayah dengan cepat menyampaikan keputusannya –sambil menahan genangan air mata. Ia menyerahkan anaknya ke saya –untuk mengikuti jejak ganti hati.

"Tidak harus ke Tiongkok," kata saya kepada beliau –jangan sampai ia takut anaknya jadi komunis. Si anak ikut mendengarkan sambil tergeletak di tempat tidur. Saya sungguh khawatir kata T menimbulkan alergi di tubuh mereka.

"Jakarta sudah bisa melakukan transplantasi hati. Di RSCM. Siloam juga bisa," kata saya. "Saya akan hubungkan ke dokter di sana," kata saya.

Pun kalau mau di luar negeri tidak harus ke T. Bisa ke India. Saya ceritakan: seorang tokoh politik kita baru saja transplant hati di India. Berhasil. Saya kenal baik dengannya.

Bahkan, kata saya, Iran pun juga sudah bisa. Tapi mungkin ia takut jadi syiah. Sudah banyak yang bisa melakukan. Asal tidak ke Singapura: bagus tapi mahal sekali.

Saya beri waktu mereka untuk berpikir.

Seminggu kemudian saya dikabari. "Hasil istikharah kiai kami, cocoknya di Tiongkok," kata sang ayah. Istikharah adalah satu jenis sembahyang untuk mendapat ilham atas pilihan-pilihan yang ada. Biasanya istikharah dilakukan saat memilih gadis mana yang akan dijadikan menantu.

Saat hasil istikharah kiai itu disampaikan kebetulan saya sedang di Beijing. Makan malam dengan beberapa teman. Salah satunya seorang dokter muda –diajak bapaknya ikut makan malam. Ia bercerita bahwa dokter yang merawat saya di Tianjin dulu sekarang bertugas di sebuah RS baru di pinggiran kota Beijing. Jadi atasan dokter muda itu.

Saya pun minta disebutkan nama dokter pindahan dari Tianjin itu. Betul. Dia adalah ketua tim dokter yang merawat saya. Suaminyi juga dokter yang ikut mengoperasi saya.

Berarti saya tidak perlu ke Tianjin. Besoknya saya tinjau rumah sakit itu. Saya temui dokter –yang dulu mengoperasi saya di Tianjin. Ternyata tidak hanya satu orang. Lima orang. Kami pun kangen-kangenan.

Akhirnya saya bertanya: apakah bisa menerima pasien transplantasi dari Indonesia. "Tentu. Bisa. Bawa ke sini saja," ujar seorang dokter di situ.

Pertanyaan itu saya sampaikan karena Tiongkok sudah berubah. Banyak peraturan lama tidak berlaku lagi. Misalnya, tidak bisa lagi orang asing dapat pendonor dari orang T. Di T sendiri antrean ganti hati sangat panjang. Rakyat bisa marah.

Sepulang dari Beijing saya bertemu keluarga itu. Agenda terpentingnya: siapa di antara keluarga yang bersedia dipotong hatinya separo –untuk dipakaikan mengganti hati yang terkena sirosis berat.

Langkah pertama yang harus dilakukan: semua keluarga tes darah saja. Agar tahu: siapa yang golongan darahnya sama. Tidak usah bicara mau atau tidak mau.

Sungguh ajaib: satu-satunya yang golongan darahnya cocok adalah istrinya sendiri.(Dahlan Iskan)

Kategori :

Terkait

Rabu 03 Dec 2025 - 21:39 WIB

Setelah Hujan

Selasa 02 Dec 2025 - 21:30 WIB

Pengampunan Presiden

Senin 01 Dec 2025 - 19:58 WIB

Rahmanullah Lakanwal

Minggu 30 Nov 2025 - 22:07 WIB

Parade Kalkun

Kamis 27 Nov 2025 - 22:02 WIB

Rehabilitasi Ira