Celakanya, dua kekalahan Indonesia terjadi di saat krusial, dua pertandingan dan 180 menit, yang mengubur mimpi Indonesia ke Piala Dunia 2026. Untuk sekadar minta maaf dan menemui suporter usai kegagalannya Kluivert pun tidak mampu melakukannya.
Kini, suara evaluasi PSSI dan Kluivert menggema. Suporter Indonesia dari berbagai belahan dunia sudah mengeluarkan suaranya. Semoga federasi tidak tuli dan tidak antikritik dalam menjalankan roda organisasi.
Narasi Kecurangan Berlebihan Jadi Bumerang
Menatap babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026, PSSI menggaungkan narasi potensi kecurangan. AFC menunjuk Arab Saudi dan Qatar menjadi tuan rumah, pertandingan penting tak digelar di tempat netral.
Selain itu, pemilihan wasit asal Kuwait dan China juga digugat. Protes resmi pun diajukan PSSI untuk meminta pengadil di lapangan dari region lain selain timur tengah.
Jadwal bertanding juga disoal. Indonesia memainkan dua laga berurutan melawan Arab Saudi dan Irak, minim waktu istirahat. Green Falcons yang menjadi pihak paling diuntungkan dengan bermain kandang, juga mempunyai waktu pemulihan paling panjang.
Manifestasi negatif ini yang membuat Indonesia tak fokus pada diri sendiri agar bersiap lebih maksimal menatap laga-laga penting. Apalagi semua kekhawatiran itu tidak terbukti!
Wasit Kuwait, Ahmed Al-Ali, memimpin pertandingan Indonesia melawan Arab Saudi dengan prima. Tapi, tetap saja Indonesia menelan kekalahan.
Kekalahan melawan Arab Saudi juga karena ulah Kluivert yang asal-asalan menentukan starting XI. Akibatnya, permainan tim di lapangan berjalan buruk, banyak skema permainan yang tidak berjalan.
Sementara saat melawan Irak, Indonesia sudah bermain baik. Wasit asal China, Ma Ning, juga tak banyak melakukan keputusan yang kontroversial.
Satu-satunya kekurangan Indonesia saat melawan Irak adalah tak bisa mencetak gol. Bagaimana kita bisa memenangkan pertandingan kalau lini depan tumpul?
Narasi kecurangan itu menjadi terdengar seakan kita sudah kalah sebelum bertanding. Apa yang ditakutkan kalau kita sebenarnya mempunyai skuad yang bagus? Tapi, ibarat masakan, percuma juga bahan yang dipakai bagus kalau koki yang memasak tak punya pengalaman dan tak memiliki kemampuan memasak yang enak!
Evaluasi PSSI dan Kluivert Harga Mati, Saatnya Tatap ke Depan
Kini, PSSI dan Kluivert harus bertanggung jawab atas kegagalan Indonesia ke Piala Dunia 2026. Evaluasi harus dilakukan, kekurangan apa saja yang sudah dilakukan hingga perjuangan berujung kegagalan.
Keputusan spekulatif PSSI mengganti Shin Tae-yong sudah membuahkan pupusnya harapan Indonesia ke Piala Dunia 2026. Semua keputusan itu harus dipertanggungjawabkan.
Dari sisi Kluivert, dia semestinya bersikap ksatria. Dia memang sudah bilang akan bertanggung jawab, tapi bertemu suporter selepas laga saja dia tidak mampu.