RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Merek-merek ponsel lokal seperti IMO, Nexian, Advan, Mito, dan Venera pernah berjaya dan menjadi favorit masyarakat Indonesia terutama pada era 2000-an hingga awal 2010-an.
Kala itu, ponsel lokal menawarkan harga yang terjangkau dan fitur menarik seperti TV analog, dual SIM, dan keyboard QWERTY yang menjadi solusi kebutuhan kalangan menengah ke bawah.
Namun, keberadaan mereka kini semakin sulit ditemukan di pasaran.
Salah satu faktor utama yang membuat HP lokal sulit bertahan adalah minimnya inovasi dan ketergantungan pada sistem Original Equipment Manufacturer (OEM) dari pabrik di Cina.
BACA JUGA:Huawei Siap Lepas dari Sony dan Samsung, Kembangkan Sensor Kamera Sendiri
Brand-brand ini biasanya hanya melakukan rebranding dengan sedikit sentuhan lokal tanpa mengembangkan teknologi inti sendiri.
Kondisi ini membuat mereka kesulitan bersaing ketika merek-merek asal Tiongkok seperti Xiaomi, Oppo, dan Vivo masuk ke Indonesia membawa produk berkualitas dengan harga kompetitif.
Selain itu, meskipun ada beberapa merek yang mencoba mengembangkan produk dan teknologi sendiri seperti Advan yang sempat menciptakan chipset lokal dan OS Idos, usaha tersebut belum mampu mengembalikan pangsa pasar.
Merek-merek lokal kini hanya bertahan di segmen pasar yang sangat terbatas atau bahkan nyaris hilang.
BACA JUGA: Tecno Spark 40 Pro+ Gunakan Chipset Helio G200 Terbaru
Sementara itu, konsumen Indonesia semakin selektif dan mengutamakan spesifikasi, kualitas kamera, desain, dan dukungan pembaruan perangkat lunak.
Meski begitu, keberadaan HP lokal tetap memiliki peran penting dalam sejarah perkembangan teknologi di Indonesia.
Mereka pernah menjembatani akses teknologi bagi masyarakat luas dan menjadi pelopor dalam menghadirkan ponsel dengan harga yang terjangkau.
Di masa depan, kebangkitan HP lokal masih memungkinkan jika para pelaku industri mampu membangun riset dan pengembangan (R&D) yang mandiri serta memperkuat ekosistem dan citra merek.