BOYOLALI.koranradarlebong.com - Wiji Hartono (65), jemaah calon haji asal Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, menjadi bagian dari kelompok terbang (kloter) 34 yang diberangkatkan dari Embarkasi Solo pada Sabtu (10/5) sore.
Di balik keberangkatan itu, tersimpan kisah yang menyentuh tentang keteguhan hati, cinta seorang anak dan keyakinan tanpa syarat. Wiji adalah seorang tunanetra. Dia kehilangan penglihatannya sejak 1997 akibat kecelakaan yang diikuti prosedur medis tidak tepat.
Sebelum itu, dia menjalani kehidupan aktif dan sehat. Namun, kondisi itu perlahan mengaburkan penglihatan hingga akhirnya gelap total. Kehilangan tersebut tidak memadamkan tekadnya. Pada 2011, dia mendaftarkan diri sebagai jemaah calon haji. Selama 14 tahun menunggu, dia memelihara harapan untuk menjejakkan kaki di Tanah Suci. Saat namanya akhirnya masuk daftar keberangkatan, dia sadar tidak mungkin menunaikan ibadah haji seorang diri.
Habib Nurrochim (28), anak bungsunya, mengambil keputusan besar, mendaftar sebagai jemaah calon haji melalui kuota khusus pada 2019 demi bisa mendampingi sang ayah. "Saya ingin jadi mata Bapak, supaya beliau tetap bisa melihat indahnya ibadah meski dalam gelap," ujar Habib di Gedung Muzdalifah menjelang keberangkatan.
Selama berhaji, Habib bukan hanya pendamping administratif, melainkan penuntun fisik dan spiritual bagi sang ayah. Dia memegang tangan Wiji, menuntunnya menapaki setiap rukun haji dengan penuh kesabaran dan kasih. Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Jateng Fitriyanto menyebut kisah Wiji menunjukkan keterbatasan fisik bukan halangan dalam menunaikan panggilan iman. Menurutnya, dia tak melihat Ka'bah dengan mata, tetapi dengan keyakinan yang tak tergoyahkan.
"Semoga Allah memudahkan perjalanan mereka, melimpahkan kesehatan, dan mengaruniakan haji yang mabrur," kata Fitriyanto.