JAKARTA.RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Malam belum sepenuhnya larut ketika Yandi Hermawan mulai mendorong gerobak kecil milik ayahnya.
Di usia remaja, ia sudah terbiasa menyusuri gang dan jalanan demi mencari barang bekas yang bisa dijual.
Sementara sebagian besar anak seumurannya tidur atau belajar, Yandi bekerja—bukan karena terpaksa, tetapi karena ingin meringankan beban orang tua.
“Saya enggak bisa bantu secara materi, tetapi saya bisa bantu pakai tenaga,” kenang Yandi, saat berbicara di podcast Helmy Yahya, dikutip pada Jumat (9/5).
Hidup Yandi mulai berubah ketika seorang teman ayahnya menyarankan untuk mengumpulkan komponen komputer bekas.
Rasa penasaran berubah jadi minat, dan enam bulan kemudian, dia memberanikan diri memulai usaha sendiri.
Modal awal Rp 8 juta dari tabungan hasil memulung, dia belikan motor seken dan monitor rusak yang bisa dijual kembali.
Namun, perjalanan itu tak mudah. Dia pernah hanya punya Rp 25 ribu ketika istrinya yang sedang hamil meminta martabak.
Dengan uang pas-pasan, Yandi membeli martabak manis, tetapi ternyata sang istri menginginkan martabak telur.
“Saya lihat istri saya makan itu sambil nangis. Saat itu saya bilang ke diri saya, saya harus berubah," kata dia.
Perlahan tetapi pasti, usahanya tumbuh. Dari menjual sparepart bekas, Yandi membangun PT Sparta Computindo Teknologi—perusahaan IT yang kini memiliki dua cabang dan lebih dari 40 karyawan.
Pria lulusan SMP ini tak hanya sukses secara bisnis, tetapi juga terus bermimpi besar. Dia ingin membuat sekolah IT gratis.
"Di perusahaan, saya ingin bangun data center. Karena sekarang lagi fokus ke server,” ujarnya, penuh semangat.
Bagi Yandi, mimpi bukan soal seberapa tinggi, tetapi seberapa kuat keinginan untuk mewujudkannya. (jp)