RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Gejolak ekonomi global akibat kebijakan tarif baru yang diterapkan Amerika Serikat mendorong pergeseran minat investor ke aset kripto sebagai alternatif investasi yang menjanjikan.
Situasi ini membuka peluang strategis, khususnya bagi generasi muda yang melek teknologi dan adaptif terhadap dinamika pasar.
Chief Technology Officer (CTO) Indodax, William Sutanto, mengatakan, di tengah ketidakpastian global, kripto hadir bukan hanya sebagai instrumen investasi, tetapi juga sebagai sarana diversifikasi yang potensial.
“Volatilitas bukan sekadar risiko, melainkan celah strategis bagi investor yang memahami arah pergerakan pasar,” ujar William dalam keterangannya di Jakarta,
BACA JUGA:Pembalap Nasional Adu Cepat di Road Racing Championship 2025
Ia menjelaskan bahwa kebijakan perdagangan AS yang menyasar mitra dagang utama telah mengguncang pasar saham global dan turut memengaruhi pergerakan aset kripto.
Namun, di balik fluktuasi tersebut, aset digital seperti Bitcoin justru menunjukkan daya tahannya dan mulai dilirik sebagai aset lindung nilai oleh negara-negara maju.
“Bitcoin memiliki fundamental yang berbeda dari aset keuangan konvensional. Di tengah ketidakpastian, kripto menjadi alternatif yang layak dipertimbangkan,” katanya.
William juga mencatat peningkatan volume transaksi kripto yang mencapai 30 persen hingga 50 persen dalam sepekan terakhir sebagai sinyal kuat bahwa investor tengah memanfaatkan momentum koreksi pasar.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa Indonesia kini menempati posisi ketiga sebagai negara dengan tingkat adopsi kripto tertinggi di dunia.
Hingga 2024, jumlah investor kripto di Tanah Air telah mencapai 22,9 juta orang.
“Kami percaya, melalui kolaborasi antara regulator, pelaku industri, dan edukasi yang berkelanjutan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pertumbuhan industri kripto di kawasan Asia Tenggara,” pungkas William.