Para buzzer berdasarkan pengamatan aktivitasnya di 2010-2019 kerap di digunakan untuk menyampaikan pesan, menyerang oposisi, dan menggiring division.
Strategi komunikasi yang dibangun untuk menyebarkan disinformasi dan memanipulasi media, serta untuk memperkuat konten yang dibuat.
Media sosial yang digunakan untuk beraktifitas para buzer adalah Twitter, Whatsapp, Facebook, dan Instagram.
Meski begitu jumlah buzzer di Indonesia bisa dikatakan rendah dengan tim kecil, dibandingkan dengan negara seperti Amerika Serikat, Iran, dan China.
Buzzer di Indonesia bergerak berdasarkan momen-momen tertentu, diantaranya saat pemilihan umum.
Sementara di Amerika Serikat, buzzer tidak hanya beroperasi selama pemilihan umum tetapi melibatkan pekerja penuh waktu yang berdedikasi untuk membentuk ruang informasi.