RADARLEBONG.BACAKORAN.CO-Fenomena doom spending berisiko mempengaruhi generasi muda, dengan faktor sosial media, FOMO, dan kesehatan mental sebagai penyebab utama.
Mengelola keuangan dengan baik dan memahami pengeluaran impulsif dapat mencegah masalah keuangan yang lebih besar.
Apa itu Doom Spending?
Doom spending adalah istilah yang menggambarkan perilaku pengeluaran impulsif atau berlebihan sebagai respons terhadap stres, kecemasan, atau putus asa.
BACA JUGA:Fokus pada Lifestyle & Kesehatan Mental, Nama Astrellita Makin Berkibar
Fenomena ini sering terjadi ketika individu merasa tertekan oleh situasi yang negatif, seperti ketidakpastian ekonomi atau berita buruk yang beredar.
Dalam upaya mengatasi emosi negatif tersebut, orang cenderung melakukan pembelian besar yang sebenarnya tidak diperlukan, berharap mendapatkan kepuasan instan.
Namun, setelah melakukan pembelian, sering kali muncul rasa penyesalan yang dapat berujung pada masalah keuangan jangka panjang.
Perbedaan Doom Spending dan Late Factor
BACA JUGA:Mengenal Lebih Dalam: Gangguan Mental, Penyebab, dan Gejalanya
Doom spending berbeda dari late factor, meskipun keduanya dapat mempengaruhi kondisi keuangan individu.
Motivasi di balik doom spending adalah untuk mendapatkan kepuasan sementara dari emosi negatif, sedangkan late factor melibatkan pengeluaran kecil yang rutin dan mungkin diabaikan, seperti membeli kopi setiap hari.
Meskipun terlihat sepele, jika dibiarkan terus-menerus, late factor juga dapat berdampak negatif pada kondisi keuangan dalam jangka panjang.
Doom spending memberikan dampak langsung yang lebih terlihat, sementara late factor mungkin tidak segera terasa tetapi akan menumpuk dan memengaruhi kesehatan keuangan secara keseluruhan.
Generasi Muda dan Risiko Doom Spending