Puasa Ramadhan Mencegah Gaya Hidup Hidonis Membentuk Pribadi Peduli Sesama

Drs. H. Dalmuji Suratno-(ist/rl)-

Episode Nabi adam dan Hawa pada gilirannya menjadi potensi bawaan manusia yang selalu ingin melanggar aturan Allah SWT, oleh karena  itu setiap manusia seharusnya menyadari tentang perlu adanya grasi yang memungkinkan untuk peroleh ampunan dari Allah SWT atas segala kesalahan dan kehilafan karena sering melanggar aturanNya.

Sebagai bentuk apresiasi dan wujud kasih sayang yang tak terbatas dari Allah SWT di gambarkan dalam wahyuNya/Alqur’an yang artinya : “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhamu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa”. QS – Ali ‘Imran (3):133.

Perintah puasa menjadi demikian penting, karena itu hukumnya wajib untuk dilaksankan oleh orang-orang beriman dalam membentuk pribadi taqwa.

Pelaksanaan ibadah puasa sebagai sarana latihan pengendalian diri dari dominasi nafsu perut dan syahwat seksual ternyata memiliki dimensi yang sangat luas. Secara individual pengamalan ibadah puasa diharapkan akan dapat mempertajam kepekaan rohaninya, sehingga akan mudah menerima panggilan-panggilan atau seruan-seruan Allah SWT. 

Sementara terkait gaya hidup hidonis yang berorientasi pada model kehidupan dunia yang ukurnya dengan kehartabendaan dengan tak segan-segan melanggar aturan Allah SWT, maka sesungguhnya Islam mengakui dan meperbolehkan adanya kepemilikan harta, akan tetapi cara pandang Islam tentang harta tidak sama dengan kapitalisme yang berpaham penguasaan harta absolut.  

Adapun penguasaan harta dalam Islam bahwa di satu sisi manusia berhak melakukan apa saja terhadap harta-hartanya, tapi pada sisi lain manusia juga dikenakan rambu-rambu dan pertanggungjawaban atas hartanya.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya : “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-rasulNya dan nafkahkanlah sebahagian dari harta yang telah Allah jadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang beriman diantara kamu  dan menafkahkan (sebahagian) hartanya memperoleh pahala yang besar” QS. Al-Hadid (57):7.

Akhirnya puasa harus dimaknai sebagai persoalan yang menyentuh problem kemanusiaan mendasar dalam berjihad melawan hawa nafsu atau dengan kata lain, manusia harus  bermujahadah dengan sesungguh hati agar dapat mengendalikan dan mengontrol hawa nafsu yang dapat merendahkan derajat kemanusiaan.

Persoalan itu juga diterapkan dalam membelanjakan harta agar tidak terjebak dalam kehidupan Hidonis. Seorang muslim harus dapat berkeyakinan baik terhadap dirinya, karena ini menyangkut pengabdian kepada Allah SWT, karena kelak pada saat tiba waktunya bahwa semua itu harus di pertangjawaban di hadapan-Nya. 

Semoga Ramdhan tahun ini menjadi momen dalam menata orientasi hidup agar tidak terjabak pada gaya hidonis karena segala sesuatu ada dalam lindungan, jangkauan, dan pengawasan Allah SWT. Hadirnya kesadaran sepiritual dalam pengelolaan harta dapat  membentuk pribadi yang peduli sesama.

Titik pangkal persoalan manusia adalah kemampuan mengendalikan hawa nafsu dan peduli kepada sesama, itu semua dapat tercapai mana kala kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan benar sesuai tuntunan. Wallahu a’lam bissawaab. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan