Puasa Ramadhan Mencegah Gaya Hidup Hidonis Membentuk Pribadi Peduli Sesama

Drs. H. Dalmuji Suratno-(ist/rl)-

Oleh : Drs. H. Dalmuji Suratno

RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Pada zaman modern ini umat Islam dihadapkan pada berbagai model kehidupan yang menggambarkan status sosial agar eksistensi dirinya diakui/dimuliakan ditengah masyarat sekitarnya. 

Syahwat memburu status sosial sebagai pelampiasan seluruh keinginan gejolak jiwa agar dirinya diakui sebagai manusia terhebat, terkaya, terpandang, terhormat dan ter ter lainnya ini yang kemudian memacu seseorang untuk menempuh segala cara untuk meraihnya tidak perduli waulaupun itu dilakukan dengan cara-cara yang tidak terpuji.

Pesona kehidupan duniawi yang syarat dengan orientasi kebendaan (harta benda) sebagai standart tolok ukur tingkatan kehidupan seseorang inilah yang di sebut Hidonis (berorientasi dunia/harta benda).

Model kehidupan sebagaimana disebutkan diatas mendorong seseorang mengumbar nafsu syahwatnya ternyata merupakan masalah mendasar dan klasik dalam problematik manusia secara umum, karena ketidakmampuannya mengendalikan diri dengan berbagai godaan di zaman modern saat ini. 

Baca Juga: Usut Kasus Pencucian Uang SYL, KPK Pastikan Bakal Periksa Politikus NasDem Rajiv

Masalah ketidakmampuan menahan diri ini ternyata memang menjadi titik permulaan terjadinya drama kosmis atau kejatuhan manusia dari syurga ke bumi ini. Nabi Adam dan Hawa, sebagai syimbul nenek moyang manusia terbukti tidak mampu menahan dan mengendalikan dirinya dari godaan setan sehingga akhirnya mereka digelincirkan ke dalam perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.

Dalam tulisan ini, konteks bahasan kemampuan mengendalikan diri ditujukan pada persoalan-persoalan perut dan di bawah perut (sex). Ternyata persoalan perut manusia menurut KH Zainuddin MZ itu lebih dahsyat dari laut yang menjadi muara akhir sungai di dunia ini.

Karena yang dapat masuk ke perut manusia bukan sekedar makanan dan minuman saja, akan tetapi batu, aspal, kayu, semen, kertas dan sebagainya dengan memakai akalbudinya.

Demikian pula dengan syahwat dan perilaku sex manusia, apa bila tidak dikendalikan ternyata bisa menjerumuskan manusia ke jurang kenistaan dan menjatuhkan manusia ke derajat yang lebih rendah dari binatang. 

Kembali kita ambil episud perjalanan Nabi Adam AS saat berada di Syurga sendirian dia merasa kesepian tidak memiliki gairah/muram, akhirnya Allah SWT menciptkan Hawa untuk menemaninya di Syurga.

Tapi ternyata kehadiran Hawa yang dapat memberikan gairah dan keceriaan pada awalnya ternyata pada akhirnya membawa bencana, yang berakibat mereka berdua terusir dari Syurga yang luasnya meliputi langit dan bumi dengan segala kemudahan dan segala fasilitas yang tersedia didalamnya. 

Hanya diakibatkan mereka tidak mampu mengendalikan diri untuk tidak melanggar larangan Allah SWT agar keduanya tidak mendekati dan memakan buah khuldi, itu berakibat keduanya kemudian dilemparkan ke atas dunia tanpa memiliki fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang selama ini dapat dan  dinikmati di dalam syurga.

Adanya perintah Puasa Ramadhan kemudian di anggap sebagai gerakan back to basic (kembali ke dasar) proto type manusia untuk dapat menahan dan mengendalikan diri dari potensi-potensi yang akan dapat menggelincirkan manusia ke kejatuhan moral dan spritual.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan