Khutbah Jumat: Taubat dan Istighfar, Sumber Kekuatan dan Keberkahan

Doa.-Foto: net-

Tidak sebatas itu, ironisnya bahkan terdapat sejumlah orang yang menganggap bahwa jika ingin mendapatkan kemudahan di bidang materi dan kemapanan ekonomi hendaknya menutup mata dari hukum-hukum Islam, terutama yang berkaitan dengan hukum halal dan haram.

Mereka itu lupa atau berpura-pura lupa bahwa Allah ﷻ tidak mensyariatkan agama-Nya hanya sebagai petunjuk bagi umat manusia dalam perkara-perkara kebahagiaan di akhirat saja.

Akan tetapi Allah ﷻ mensyariatkan agama ini juga untuk menunjukkan kepada manusia tata cara bagaimana dia menjalani urusan kehidupan dan mencapai kebahagiaan di dunia ini.

Sebagaimana Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Sesungguhnya doa yang sering diucapkan Nabi ﷺ adalah, “Wahai Tuhan Kami, karuniakanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api Neraka.” (Shahih Al-Bukhari no. 6389, II/191)

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah

Allah ﷻ dan Rasul-Nya tidak meninggalkan umat Islam begitu saja tanpa petunjuk. Manusia tidak dibiarkan berkubang dalam kegelapan dan keraguan pada usaha mereka untuk mencari penghidupan. Tapi sebaliknya, sebab-sebab mendapat rezeki telah diatur dan dijelaskan dengan rinci dan jelas.

Sekiranya umat ini mau memahami dan menyadarinya, niscaya Allah ﷻ akan memudahkan jalan untuk mendapatkan rezeki dari setiap arah, serta akan dibukakan untuknya keberkahan dari langit dan bumi.

Oleh karena itu pada kesempatan kali ini khatib ingin mengingatkan kembali kepada jamaah sekalian tentang berbagai sebab turunnya rezeki yang berkah dan meluruskan pemahaman yang salah dalam usaha mencari rezeki.

Di antara sebab terpenting diturunkannya rezeki adalah istighfar (memohon ampun) dan taubat kepada Allah.

Sebagaimana firman Allah ﷻ tentang Nuh ‘alaihissalam yang berkata kepada kaumnya;

فَقُلۡتُ اسۡتَغۡفِرُوۡا رَبَّكُمۡؕ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًا ۙ‏ ١٠ يُّرۡسِلِ السَّمَآءَ عَلَيۡكُمۡ مِّدۡرَارًا ۙ‏ ١١ وَّيُمۡدِدۡكُمۡ بِاَمۡوَالٍ وَّبَنِيۡنَ وَيَجۡعَلۡ لَّـكُمۡ جَنّٰتٍ وَّيَجۡعَلۡ لَّـكُمۡ اَنۡهٰرًا ؕ‏ ١٢

“Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohon ampunlah kepada Tuhanmu’, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS: Nuh: 11-12)

Adapun maksud istighfar dan taubat di sini bukan hanya sekedar diucapkan di lisan saja, tidak membekas di dalam hati sama sekali, bahkan tidak berpengaruh dalam perbuatan anggota badan.

Tetapi yang dimaksud dengan istighfar di sini adalah sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ar-Raghib Al-Asfahani adalah “Meminta (ampun) dengan disertai ucapan dan perbuatan dan bukan sekedar lisan semata.”

Sedangkan makna taubat sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Ar-Raghib Al-Asfahani adalah meninggalkan dosa karena keburukannya, menyesali dosa yang telah dilakukan, berkeinginan kuat untuk tidak mengulanginya dan berusaha melakukan apa yang lebih baik (sebagai ganti). Jika keempat hal itu telah dipenuhi berarti syarat taubatnya telah sempurna.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan